SinopsisRooftop Prince All Episode 1-20 Sinopsis Rooftop Prince Episode 1; Sinopsis Rooftop Prince Episode 2; Sinopsis Rooftop Prince Episode 3; Sinopsis Rooftop Prince Episode 19; Sinopsis Rooftop Prince Episode 20; Copy Paste prohibited Please Respect Fellow Author!!! Thanks!!!
SINOPSISROOFTOP PRINCE || Drama tahun 2012 yang berjudul Rooftop Prince dan di perankan oleh aktor ganteng dan lucu Park Yoo-chun ini menceritakan tentang pangeran dari dinasti Joseon yang ditinggal mati istrinya. Ketika merasa kehilangan, tiba-tiba ia terdampar di abad 21. SINOPSIS Rooftop Prince Episode 1 - 20 Lengkap SINOPSIS Rooftop
SinopsisRooftop Prince Episode 20 - Final `Sinopsis Rooftop Prince Episode 20. Yi Gak duduk bersila di kandang ayam. Aura magis masih menyelimutinya. Saat aura itu menghilang, ia tersadar dan membuka mata. Matanya terbelalak, mencoba mencerna ia ada dimana sekarang. LOL. Seumur hidup ia pasti belum pernah melihat kandang ayam dan bebek.
RooftopPrince 1-20 (Final) By Unknown | 06.51 Leave a Comment. Details. Title: ì„íë°© ììžì / Oktabbang Wangseja Also known as: Attic Prince Genre: Fantasy, comedy, romance Episodes: 20 Broadcast network: SBS Broadcast period: 2012-Mar-21 to 2012-May-?? Air time: Wednesday & Thursday Night 21:55 Original Soundtrack: Rooftop Prince OST Synopsis
SinopsisDrama Korea Rooftop Prince Episode 1 - 20 END. Drama Korea Rooftop Prince jenis Drama Korea bergenre romantis komedi fantasi, yang di siarkan oleh SBS. Drama Korea Rooftop Prince yang terdiri dari 20 episode ini menceritakan tentang seorang pangeran yang hidup di jaman dinasti Joseon yang terdampar di abad 21 Saat sedang menyelidiki
Vay Tiá»n Nhanh Chá» Cáș§n Cmnd Nợ Xáș„u. Original title Ok-tab-bang Wang-se-jaTV Series20121h 5mCrown Prince Lee Gak transports 300 years into the future following the death of his wife; in 21st century Seoul, he meets Joo Se-Na, a woman with an uncanny resemblance to the deceased prin... Read allCrown Prince Lee Gak transports 300 years into the future following the death of his wife; in 21st century Seoul, he meets Joo Se-Na, a woman with an uncanny resemblance to the deceased Prince Lee Gak transports 300 years into the future following the death of his wife; in 21st century Seoul, he meets Joo Se-Na, a woman with an uncanny resemblance to the deceased production, box office & company infoEpisodes20More like thisReview Good timeslip seriesOK some of the acting, part from the leads is a bit iffy but the tneslip plot is well done with good twists and turns and a satisfying ending. Mainly st in modern Seoul ut with parts from 300 years ago with some interesting questions raisd on how reincarntion might first half is truly very funny in a fish out of water way but the plot gets serious half way through. The romance is sweet and well done and the plot weaves in and out keeping me anyway involved till the very good end. Really enjoyed this. Watched on 18, 2021Contribute to this pageSuggest an edit or add missing contentBy what name was Rooftop Prince 2012 officially released in Canada in English?AnswerEdit pageAdd episodeMore to exploreRecently viewedYou have no recently viewed pages
EditSummariesAfter Park Ha and Lee Gak celebrate their wedding privately, Lee Gak is propelled back to Joseon, where Lee Gak reveals the treasonous plot. Source NetflixSynopsisIt looks like we don't have any synopsis for this title yet. Be the first to moreContribute to this pageSuggest an edit or add missing contentIMDb Answers Help fill gaps in our dataLearn more about contributingEdit pageMore from this titleTaglinesPlot keywordsParents guide
Home » 2012 , Asia , Korea , SBS » SINOPSIS Rooftop Prince Lengkap Episode 1 - 20 Full SINOPSIS ROOFTOP PRINCE Drama tahun 2012 yang berjudul Rooftop Prince dan di perankan oleh aktor ganteng dan lucu Park Yoo-chun ini menceritakan tentang pangeran dari dinasti Joseon yang ditinggal mati istrinya. Ketika merasa kehilangan, tiba-tiba ia terdampar di abad 21. Saat kebingungan, ia bertemu dengan wanita yang sangat mirip dengan istrinya dan jatuh cinta padanya...DETAIL ROOFTOP PRINCEJudul K-Drama Rooftop PrinceJudul Lainnya Attic PrinceGenre Fantasy, Comedy, Romance, Time-TravelJumlah Episode 20 EpisodeStasiun TV SBSPeriode Tayang 21 Maret 2012 sampai 24 Mei 2012Jadwal Tayang Rabu & Kamis KSTPEMERAN ROOFTOP PRINCEPemeran UtamaPark Yoo-chun sebagai Yong Tae Yong / Lee GakHan Ji Min sebagai Park Ha / Bu YongJung Yoo Mi sebagai Hong Se Na / Hwa YongLee Tae Sung sebagai Yong Tae MooLee Min Ho 1993 sebagai Song Man BoJung Suk Won sebagai Woo Yong SulChoi Woo Shik sebagai Do Chi SanActor / Actress CilikChoi Won Hong sebagai Lee Gak youngJun Min Seo sebagai Park Ha young / Bu Yong YoungKim So Hyun sebagai Se Na young / Hwa Yong YoungPemeran PendukungBan Hyo Jung sebagai President Yeo Gil Nam Tae Yongâs grandmotherAhn Suk Hwan sebagai Yong Dong ManPark Joon Geum sebagai Aunt WangLee Moon Shik sebagai Yang Taek SooSong Ok Sook sebagai Kong Man OkKang Byul sebagai Lady MimiGuzal Tursunova sebagai BeckyNa Young Hee sebagai President JangKim Dae Hee sebagai Bang Soo BongKil Yong Woo sebagai Left State Minister Bu Yongâs fatherKyun Mi Ri sebagai Left State Ministerâs wife Bu Yongâs motherMaeng Sang Hoon sebagai Park In Chul Park Haâs fatherKim Yoo Suk sebagai kingKim Hyung Bum sebagai Hong Nak Hyun Boo Yongâs brotherAhn Sang Tae sebagai Corporal Ma cameo, ep2Song Jae Hee sebagai Park Haâs blind date cameo, ep8-9Samuel Kang sebagai doctor of emergency roomTIM PRODUKSI ROOFTOP PRINCEKepala Produser Son Jung HyunProduser Kim Yong JinDirektur Shin Yoon SubPenulis Naskah Lee Hee MyungSINOPSIS Rooftop Prince Episode 1 - 20 LengkapSINOPSIS Rooftop Prince Episode 01 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 02 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 03 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 04 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 05 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 06 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 07 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 08 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 09 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 10 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 11 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 12 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 13 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 14 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 15 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 16 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 17 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 18 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 19 SINOPSIS SINOPSIS Rooftop Prince Episode 20 SINOPSIS FINAL EPISODE
Sinopsis Rooftop Prince Episode 20 Yi Gak duduk bersila di kandang ayam. Aura magis masih menyelimutinya. Saat aura itu menghilang, ia tersadar dan membuka mata. Matanya terbelalak, mencoba mencerna ia ada dimana sekarang. LOL. Seumur hidup ia pasti belum pernah melihat kandang ayam dan bebek. Everything happened for a reason. Sepertinya Yi Gak mencoba berpikir. Saat ia menghilang dan muncul di masa depan, ia jatuh di rumah Park Ha. Ternyata jawaban misteri yang ia cari adalah Park Ha. Tapi sekarang? Mengapa ia jatuh di kandang ayam? Apa maksudnya? Tapi ia tak sempat berpikir lebih lama lagi, karena ia jatuh di siang bolong dan berbagai tatapan ingin tahu mengarah padanya. Dandanan dan rambutnya pasti menarik perhatian banyak orang. Tiba-tiba ia mendengar teriakan seseorang yang menyuruh âTangkap dia!â Ternyata itu adalah kepala pasukan yang menyuruh pasukan mengejarnya. Reflek, Yi Gak langsung lari terbirit-birit. Di tengah jalan ia bertemu dengan Chi San yang juga ikut lari. Mereka tak sempat menyapa, karena pasukan kerajaan mengejar mereka. Di jalan bercabang, Yi Gak menyuruh Chi San untuk memisahkan diri. Tapi Chi San tak mau, hingga Yi Gak harus mendorongnya. Mereka berpencar, membuat kepala pasukan itu sedikit bingung dan akhirnya membagi pasukannya menjadi dua untuk mengejar kedua orang aneh itu. Tunggu.. apa kepala pasukan itu Taek Soo? Pyo Taek Soo? Double LOL. Youâre so dead, man. Jangan sampai keempat Joseoners atau mungkin ketiga Joseoners mengetahui kalau kau yang mengejar-ngejar Yang Mulia Yi Gak saat ia jatuh di masa Joseon ini. D Untung Yi Gak bisa bersembunyi sehingga Taek Soo tak berhasil menangkapnya. Yi Gak buru-buru meninggalkan tempat itu dan mencari yang lain. Betapa terkejutnya saat ia melihat Chi San terkapar dengan mulut berlumuran darah. Ia segera mendudukkan Chi San dan mencoba membangunkannya. Tapi Chi San hanya memanggilnya lirih, âYang Mulia..â dan tak sadarkan diri lagi. Yi Gak berteriak memanggil Chi San lagi tak rela kalau pelayan setianya mati, âBagaimana mungkin kau meninggal seperti ini?â Dengan mata terpejam, seolah berubah menjadi vampire, Chi San menjilat darah itu dan bergumam, âmmmhhhâ. Dan tiba-tiba matanya terbuka dan bertanya, âApa mereka sudah pergi?â Tentu saja Yi Gak kaget, namun segera menyadari, âItu saus tomat?â Chi San mengangguk. Kwa kwa kwa.. penonton kecewa. Yi Gak langsung menjatuhkan badan Chi San kembali dan pergi meninggalkan pelayannya dengan kesal. LOL. Chi San menyusul Yi Gak dan menciumi bungkus hamburger yang masih ia bawa dengan keluhan kalau ia masih tetap lapar. Ia hanya punya satu sachet kecil saus tomat untuk dijilat-jilat, âJika saja aku bisa makan hamburger lagi.. â dan ia mencium kertas bungkus hamburger itu dengan penuh sayang. Yi Gak tak mempedulikan keantikan Chi San, dan menyuruhnya untuk bersiap-siap untuk kembali ke istana. Tapi Chi San tak mau. Dengan dandanan mereka seperti ini, mereka akan langsung diseret ke penjara. Yi Gak juga menyadari itu. Tak sengaja, matanya tertumbuk pada dua orang lokal yang sedang duduk di kedai makan, dan bersulang dengan.. kaleng bir? Young Sul dan Man Bo! Buru-buru Yi Gak dan Chi San memanggil dan menghampiri mereka. Chi San langsung lari menuju ke Young Sul yang juga berlari ke arahnya. Mereka berpelukan? Tidak. Karena yang dituju Chi San adalah ayam yang ada di atas meja dan melahapnya dengan rakus. Dan Young Sul juga berlari dan memeluk Yi Gak dengan sangat antusias. Yi Gak terkejut dengan pelukan itu namun membiarkannya karena Young Sul juga tersadar akan posisinya yang tak pantas memeluk seorang Pangeran. Chi San memasukkan banyak-banyak ayam ungkep ke mulutnya dan baru bertanya, âBagaimana mungkin kalian dapat membeli makanan ini?â Young Sul menjelaskan kalau mereka menukar makanan ini dengan permen karet yang mereka bawa. Kata bibi penjaga kedai, mereka dapat melakukannya. Young Sul memberikan permen karet itu pada Yi Gak, tapi bukan permen karet yang ia butuhkan. Sekarang ia sangat haus dan ia mengincar kaleng bir yang ada di atas meja. LOL, Pangeran mau berbagi minum dengan orang lain? Tapi walaupun Pangeran mau, keinginannya menikmati bir harus pupus karena kaleng itu telah kosong. Ia meminta kaleng bir lagi pada mereka berdua. Young Sul menjawab kalau hanya itu kaleng yang mereka bawa. Dan seolah membela diri, Young Sul menambahkan kalau tiap orang harus bertanggung jawab pada benda yang mereka bawa. LOL. Kalau mau minum bir, Yang Mulia, anda harus membawanya sendiri. Yi Gak hanya bisa mendesah kesal. Namun kekesalannya segera terobati karena Man Bo ternyata tak lupa untuk membawa baju kebesarannya di dalam ransel yang sangat besar itu. Ia menerima bajunya dan meraba sulaman emas yang ada di baju itu, seakan menerima kenyataan kalau ia memang sudah kembali ke masa Joseon. Perdana Menteri Hong ayah Hwa Young dan Bu Young kaget dan setengah tak percaya saat mendengar laporan dari anak sulungnya kalau Yi Gak telah kembali ke istana. Anak laki-lakinya yakin karena saat ia ada di istana, ia melihat Yi Gak memasuki istana. Perdana Menteri Hong langsung menemui Pangeran Mu Chang dan memberitahukan informasi itu. Pangeran Mu Chang mengangkat mukanya, dan ia adalah Tae Moo. Rupanya Tae Moo juga memiliki reinkarnasi di jaman Joseon. Bahkan, ia dan kelompoknyalah yang mengejar Yi Gak dan ketiga josenoers semalam. Pangeran Mu Chang sangat marah dan membunuh pengawal yang salah memberikan informasi padanya tentang kematian Yi Gak semalam. Duh.. Nggak Tae Moo dan nggak Mu Chang.. ternyata keduanya sama-sama pembunuh yang selalu gagal saat ingin menghabisi Yi Gak dan reinkarnasinya. Di istana, ketiga Joseoners, yang sekarang sudah memakai baju istana mereka, memberi hormat pada Yi Gak yang juga sudah memakai baju kebesarannya. Yi Gak bertanya apakah mereka sudah menemui keluarga mereka masing-masing? Mereka menjawab sudah, namun mereka tak menyangka kalau kepergian mereka selama berbulan-bulan ke masa depan hanyalah semalam di Joseon. Man Bo menceritakan bagaimana adiknya mendorongnya kesal saat ia ingin memeluk adiknya karena kangen. Bagi Man Bo, ia tak melihat adiknya selama berbulan-bulan. Tapi bagi adiknya, Man Bo hanya tak pulang semalaman. Tentu saja adiknya merasa kesal. Yi Gak bertanya, apa mungkin yang mereka alami bersama-sama ini hanyalah mimpi? Mendengar pertanyaan itu, ketiga Joseoners langsung tertawa membantahnya. Chi San bahkan berani mengupil saat Man Bo berkata, âAneh-aneh, aja. Kenangan akan Park Ha noona di rumah loteng sangatlah jelas, nggak mungkin itu mimpi. Nggak mungkin kalau hanya mimpi.â Chi San menimpali ucapan Man Bo dengan menggoyankan tangannya, âNggak lah..â dan Young Sul menjawab perlahan tapi yakin, âNggak mungkin banget!â Yi Gak menatap mereka tajam dan berkata, âOy! Aneh-aneh aja. Nggak lah. Nggak mungkin banget.â Ketiga Joseoners langsung membungkuknya badan dalam-dalam dan minta maaf karena kelancangan mereka. âKita sekarang ada di jaman Joseon, jadi kita harus bertindak sama seperti orang Joseon.â Ketiga Joseoners membungkuk dalam-dalam dan meminta maaf lagi, tak melihat kalau Yi Gak sebenarnya tersenyum geli namun senang karena ketiga pengikutnya masih punya takut padanya. Kembali bersikap serius, Yi Gak kemudian memerintahkan untuk melakukan investigasi khusus dan menahan seluruh keluarga Perdana Menteri atas tuduhan usaha pembunuhan. Ibu Bu Young panik mendengar kalau seluruh keluarga akan ditahan atas usaha pembunuhan Putra Mahkota. Ia bertanya pada suaminya, mengapa hal ini terjadi, padahal mereka sedang berduka atas kematian putri mahkota yang juga putri sulung mereka? Perdana Menteri Hong tak dapat memberi jawaban. Tapi ia yakin kalau semua ini akan segera berakhir. Entah ia yang mati, atau Putra Mahkota yang mati. Seluruh keluarga Perdana menteri akhirnya ditahan, kecuali Bu Young yang sedang sakit dan mengidap penyakit menular. Perdana Menteri menolak tuduhan usaha pembunuhan itu tapi Yi Gak tetap akan menguak kebenaran akan kematian Putri Mahkota. "Putri Mahkota meninggal 7 hari yang lalu.." Dan terjadi kilas balik, bukan hanya dari perspektif Yi Gak. Tapi sepertinya menceritakan ulang episode 1 dengan lebih detail. Bu Young datang ke istana dan hampir saja berpapasan dengan Yi Gak akan melintas. Buru-buru ia bersembunyi, namun ia tetap mengintip Yi Gak dari balik tembok. Saat hendak berjalan lagi, tak disangka ia jatuh tersungkur hingga kotak bedak yang ia bawa ikut terjatuh. Serbuk bedak itu beterbangan di udara dan tercium olehnya. Rasa ingin tahunya akan aroma bedak itu sangat besar sehingga ia tetap pada posisinya yang tersungkur. Ia sepertinya sedang menebak-nebak aroma bedak yang aneh itu saat terdengar suara di atasnya. âJangan bergerak,â kata suara yang dikenal oleh Bu Young, bahkan beberapa saat yang lalu ia sempat mengintipnya. âApakah ini adalah adik Putri Mahkota, Bu Young?â Bu Young mencoba berdiri dan menyapa Yi Gak, âYang Mulia, saya..â âSudah kukatakan jangan bergerak,â hardik Yi Gak keras, membuat Bu Young tak berani bergerak. Ia tak melihat kalau sebenarnya Yi Gak tersenyum geli melihat Bu Young yang tersungkur dengan canggung di lantai. Yi Gak akhirnya mengulurkan tangan untuk membantu Bu Young berdiri. Tapi Bu Young tak melihatnya. Akhirnya Yi Gak mengetuk lantai dengan sepatunya, sehingga Bu Young menoleh kepadanya. âBangunlah,â kata Yi Gak dengan tangan masih terulur. Park Ha menutup kotak bedak itu sebelum menerima uluran tangan Yi Gak yang kemudian membantunya berdiri. Sepertinya ini bukan kali pertama mereka bertemu dan bukan kali pertama Bu Young terjatuh, karena Yi Gak bertanya, "Apakah kau jatuh lagi?" Bu Young meminta maaf akan kecerobohannya. Yi Gak hanya men-ckckck pada kebiasaan Bu Young tapi tak memperpanjang hal itu lagi. Ia malah bertanya kotak apa yang dipegang Bu Young? Bu Young berkata kalau kotak ini berisi bedak yang dikirimkan oleh kakak laki-lakinya untuk Putri Mahkota. Yi Gak menanyakan apakah Bu Young sudah menemukan jawabannya, dan saat Bu Young mengatakan belum, Yi Gak sangat senang. Karena jika besok Bu Young belum menemukan jawabannya, maka dialah yang akan menang. Di kamar Hwa Young, Bu Young memberikan kotak bedak dan surat dari ayahnya pada Hwa Young. Ia tak menyadari kalau wajah kakaknya berubah keruh saat membaca surat itu. Ia juga kaget karena dibentak kakaknya saat ia memberikan saputangan yang baru saja disulamnya. Putri Mahkota menyegel amplop surat itu kembali sebelum dikembalikan pada ayahnya dan menyuruh Bu Young untuk segera pulang. Bu Young pulang ke rumah dan melaporkan pada ayahnya kalau ia telah menemui Putri Mahkota dan memberikan titipan ayah. Ayah menyuruhnya untuk segera kembali ke kamar. Sebelumnya, ia sempat melirik pada lawan bicara ayah yang tak ia kenal. Ia bertanya pada ibunya tentang pria itu. Ibu menjawab kalau ia adalah Pangeran Mu Chang, saudara tiri Putra Mahkota. Tapi karena ibu Pangeran Mu Chan melakukan kesalahan, maka ia dan ibunya diusir keluar dari istana. Ibu menyuruhnya untuk tak bertanya-tanya lagi dan segera kembali ke kamar. Bu Young memang kembali ke kamar dan meneruskan sulamannya. Tapi ia tak henti-hentinya berpikir tentang berbagai keanehan yang terjadi pada hari ini. Dari kehadiran Pangeran Mu Chan, bedak putih yang baunya aneh, kata-kata ibunya untuk tak ikut campur akan urusan ayahnya. Ia juga teringat akan surat ayah yang harus ia bawa pulang kembali setelah Hwa Young membacanya, tapi tak sempat ia berikan tadi. Buru-buru ia membuka surat itu dan isinya sangat mengejutkannya. Melalui surat itu, ayah memerintahkan Hwa Young untuk menyajikan manisan kesemak untuk snack malam Yi Gak. Namun sebelum Yi Gak memakannya, Hwa Young harus menaburkan serbuk putih dari kotak yang menyertai surat ini. Bu Young menyadari bahaya kematian mengintai Putra Mahkota. Buru-buru ia lari menuju istana dan meninggalkan surat itu di kamar. Rupanya ayah teringat kalau ia belum menerima suratnya dan menyuruh anak laki-lakinya untuk mengambil surat itu dari Bu Young. Kakak Bu Young tak menemukan Bu Young di kamar, namun ia menemukan kalau surat itu telah terbuka. Berarti Bu Young membacanya. Ia melaporkan hal ini pada Mu Chang yang segera memanggil anak buahnya. Mu Chang yang tak mau rencana pembunuhannya gagal, langsung menyuruh anak buahnya untuk membunuh Bu Young jika perlu. Ia pun juga bersiap untuk ke istana. Di istana, Hwa Young yang walaupun gugup, tetap melakukan perintah ayahnya. Saat manisan kesemak dihidangkan, ia memberikan saputangan yang disulam oleh Bu Young untuk mengalihkan perhatian Yi Gak. Yi Gak tak menyangka kalau Hwa Young mampu menyelesaikan saputangan kupu-kupu lagi untuknya. Ia menerima saputangan itu dan mengaguminya, sehingga tak menyadari kalau Hwa Young menaburkan serbuk racun ke atas manisan kesemak dengan gemetar. Yi Gak melipat saputangan itu dan menerima teh yang dituang oleh Putri Mahkota. Ia menceritakan kalau ia bertemu dengan Bu Young hari ini. Hwa Young kaget mendengarnya, apalagi mendengar kalau Bu Young sempat menjatuhkan kotak bedak yang ia bawa. Yi Gak yang tak menyadari perasaan Putri Mahkota yang kacau, mengulurkan tangan untuk mengambil manisan kesemak. Tapi ia tak sempat menyentuhnya karena mendengar suara yang memberitahukan kalau Bu Young datang ingin menemuinya. Ia bertanya-tanya mengapa Bu Young datang menghadapnya di malam yang selarut ini? Tapi ia tetap menyuruh pelayan untuk mempersilahkan Bu Young masuk. Bu Young masuk dan melihat kalau manisan kesemak itu sudah dihidangkan, berarti nyawa Putra Mahkota hanya tinggal sejengkal saja. Yi Gak bertanya alasan Bu Young datang menghadapnya sekarang. âMaafkan saya yang terlalu lancang datang ke istana, tapi ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pada Yang Mulia.â Hwa Young langsung menyela ucapan adiknya, mencegahnya bicara dan membocorkan rahasia persekongkolannya lebih jauh lagi. Ia mengingatkan Bu Young kalau di istana ada peraturan yang harus ditaati dan menyuruhnya untuk pulang dan kembali keesokan harinya. Mereka sama-sama tahu apa yang mereka inginkan, dan keinginan mereka bertolak belakang. Bu Young hanya diam tak menjawab tapi juga tak pergi. Akhirnya Yi Gak menengahi dan mengatakan kalau ucapan Putri Mahkota ada benarnya. Tapi ia membuat perkecualian untuk malam ini. Hwa Young menoleh dan memandang putra mahkota dengan putus asa. Yi Gak meminta Bu Young untuk segera mengatakan alasannya datang. Bu Young terdiam, memandang manisan kesemak itu. Begitu pula Hwa Young, hingga Bu Young berkata, âYang Mulia, saya telah menemukan jawaban dari teka-teki Paduka.â Hwa Young kaget namun lega mendengarnya, dan Yi Gak tertawa mendengar alasan Park Ha sesepele itu. Tapi ia memang akan menang jika Bu Young tak memberi jawaban sampai esok hari, maka iapun berkata, âAyo kita dengarkan jawabanmu. Apakah yang mati meski ia hidup dan apa yang hidup meski ia mati?â Bu Young berkata, âJawabannya adalah Bu Young.â Yi Gak sepertinya tak puas akan jawaban Bu Young. Ia menghela nafas dan memejamkan mata. Hwa Young menyela dan bertanya mengapa adiknya menjawab Bu Young? âJangan bercanda di sini. Kau seharusnya pergi dan segera pulang ke rumah.â Bu Young menunduk mendengar kemarahan kakaknya. Yi Gak menenangkan Hwa Young dan memintanya untuk mendengar alasan mengapa Bu Young memberi jawaban itu. âMengapa kau menjawab bu young?â âBukankah Bu Young adalah nama lain dari bunga teratai, bunga yang berkembang di kolam?â âBenar,â sahut Yi Gak mengiyakan, âKita juga menyebut bunga teratai dengan Bu Young.â âSetiap makhluk hidup akan dikubur di tanah saat ia mati. Bunga teratai harus mati dan terkubur dalam lumpur sebelum bisa berubah menjadi bunga. Jadi bunga teratai ini mati meskipun sebenarnya ia hidup. Dan untuk hidup, bunga itu harus mati dan menjatuhkan bijinya ke tanah. Jadi bunga itu hidup meski sebenarnya ia mati. Jadi apa yang mati meski ia hidup, dan apa yang hidup meski ia mati? Itu adalah Bu Young." Yi Gak tersenyum, seakan memahami kelanjutan jawaban Bu Young, tapi ia tetap bertanya, âApakah sudah semuanya?â âSebagai tambahan, lambang Budha yang menjelaskan tentang sebuah kehidupan yang mati dan kemudian bereinkarnasi adalah juga bunga teratai.â Yi Gak tertawa dan mengakui kalau kali ini ia kalah lagi. Hwa Young meminta Bu Young segera pulang jika urusannnya telah selesai. Tapi urusan Bu Young belum selesai, karena ia meminta hadiah yang dijanjikan oleh Yi Gak sekarang. Hwa Young menatap adiknya putus asa. Misinya tak juga segera terselesaikan. Tapi Yi Gak pun juga bingung. Apa yang diminta Bu Young di malam selarut ini? âHadiah yang saya inginkan adalah .. saya mohon agar saya dapat memakan manisan kesemak ini.â Hwa Young terkejut mendengarnya. Begitu pula Yi Gak yang tak menyangka kalau Bu Young hanya ingin mendapatkan manisan kesemak di atas meja. Apakah Bu Young benar-benar serius dengan permintaannya? âBenar, Yang Mulia. Bagi saya, lebih dari seluruh isi dunia ini, saya sangat membutuhkan dan sangat menghargainya. Saya memohon agar Paduka memberikannya.â Oh.. my.. Yi Gak tersenyum mendengar permintaan adik iparnya. Ternyata adik iparnya suka memberi kejutan padanya. Tapi karena Bu Young berhasil menjawab teka-tekinya, maka ia pun memberikan manisan kesemak sebagai hadiah. Hwa Young tak dapat berbuat apa-apa. Ia cemas, tapi tak sanggup menatap adiknya yang mengambil manisan kesemak itu. Manisan kesemak yang seharusnya untuk membunuh suaminya, sekarang sedang dimakan oleh adiknya. Satu demi satu manisan kesemak itu dimakan Bu Young. Tangan satu mengambil manisan kesemak itu, sedangkan tangan lainnya, yang tersembunyi di bawah meja, mencengkeram kain roknya, menahan rasa sakit yang mulai terasa. Tapi ia tetap meneruskan makan manisan itu hingga tak bersisa. Menyembunyikan sakit yang semakin terasa, Bu Young pun undur diri. Masih tersenyum melihat uniknya kelakuan adik iparnya, Yi Gak mempersilahkan Bu Young untuk pulang. Menatap putra mahkota untuk terakhir kalinya, Bu Young yang sudah mulai berkeringat karena menahan sakit, pamit dan berkata, âYang mulia, tetaplah selalu sehat.â Di luar ia memberitahu dayang-dayang Bu Young, jika putri mahkota ingin mencarinya, putri mahkota dapat menemukannya di pondok dekat kolam. Tertatih-tatih, ia berjalan menuju pondok di tengah kolam. Ia dapat merasakan kalau ajalnya sudah mendekatinya. Tapi ia tetap menunggu kedatangan Hwa Young. Hwa Young menunggu sampai Yi Gak tertidur. Setelah itu, ditemani oleh kedua dayang-dayangnya, ia pergi menuju ke pondok tengah kolam. Saat ia menemui Bu Young yang sudah pucat pasi, bukannya ia menanyakan kondisi tubuh Bu Young, Hwa Young malah memarahi Bu Young, âApakah kau pikir jika kau makan kesemak itu dan mati karena keracunan, aku dan keluarga kita akan selamat?â Tak menjawab, Bu Young malah balik bertanya dan menuduhnya, âYang Mulia, kenapa Yang Mulia dapat terlibat dalam konspirasi yang sangat jahat ini?â Hwa Young tak dapat menjawab pertanyaan Bu Young. Ia hanya dapat mengeluh kalau Bu Young telah merusak semuanya. âKakak..â kata Bu Young tiba-tiba. Ia tak pernah memanggil Hwa Young dengan sebutan kakak lagi semenjak Hwa Young dinobatkan menjadi putri mahkota. âKakak, dengarkanlah permintaanku. Putra Mahkota, lindungilah dia.â Hwa Young terkejut mendengar permintaan adiknya yang tiba-tiba. Tapi ia tetap mendengarkan penjelasan adiknya, âSaat pagi datang, pihak istana akan menemukan mayatku. Mereka akan langsung tahu kalau aku memakan racun dan mati. Jika mereka mengetahui tentang racun itu, mereka pasti akan mencurigai keluarga kita. Dan kakak, kau juga akan kehilangan nyawa.â Hwa Young menyalahkan adiknya yang telah melakukan hal ini. Jadi apa yang bisa mereka lakukan sekarang? âKita akan saling menukar baju. Jika aku memakai baju putri mahkota, mereka akan berpikir kalau putri mahkota meninggal karena tenggelam. Dan tak ada yang menduga kalau ada percobaan pembunuhan pada Putra Mahkota. Karena itu kau dan keluarga kita akan selamat.â âDan karena kau bukan putri mahkota lagi, ayah tak akan bisa memiliki celah untuk membunuh Putra Mahkota lagi. Karena itu kita juga mampu melindungi Putra Mahkota.â Tak ada cara lain, Hwa Young menyetujuinya. Dan mereka pun bertukar pakaian. Setelah itu Hwa Young keluar dari pondok dengan memakai cadar Bu Young, dan langsung pergi keluar istana. Mu Chang melihat kedua pelayan Hwa Young yang mendekati pondok tengah kolam dan membunuhnya. Ia juga melihat sosok Bu Young yang lari menuju ke kegelapan. Sakit semakin tak tertahankan dan darah mulai keluar dari mulut Bu Young. Ia memegang sebuah surat dan tertatih-tatih ia menuju pembatas dinding dan menyembunyikan surat itu di balik pembatas itu. Menggunakan segala tenaga yang tersisa, ia keluar menuju kolam dan berdiri di jembatan. Merasakan kematian yang menyambutnya, Bu Young menutup mata dan memanggil, "Yang Mulia.." Dan ia pun terjatuh ke dalam air. Kilas balik telah selesai, dan Yi Gak berteriak marah, bertanya apakah benar yang meninggal adalah putri mahkota, bukannya Bu Young? Ayah yakin kalau yang meninggal adalah putri mahkota, karena Bu Young masih ada di dalam rumah. Maka Yi Gak dan ketiga pengikutnya mencari Bu Young ke seluruh penjuru rumah. Akhirnya Young Sul yang menemukan Bu Young terduduk di sebuah kamar. Mereka menyuruh Bu Young untuk keluar. Yi Gak menyuruh Bu Young membuka cadarnya, tapi Bu Young hanya diam saja. Maka ia mengulurkan tangan untuk menarik cadar Bu Young. Tapi Mu Chang tiba-tiba muncul beserta gerombolannya untuk menyerang Yi Gak. Untung ada Young Sul yang melindungi Yi Gak. Hanya saja lawan lebih banyak sehingga Yi Gak terlepas dari pengawalan Young Sul. Mu Chang yang terdorong ke samping memanfaatkan kesempatan itu untuk memanah Yi Gak tepat di dadanya. Dan kena! Chi San dan Man Bo yang ada disampingnya terkejut. Namun Yi Gak hanya terhuyung mundur tapi tak terluka. Mu Chang mengambil panah lagi namun Young Sul lebih cepat lagi. Ia menghunuskan pedang ke leher Mu Chang, siap membunuhnya jika Mu Chang berani melepaskan anak panah itu lagi. Kembali ke Bu Young yang berlutut ketakutan. Ia semakin ketakutan saat cadar dibuka, memperlihatkan wajah Hwa Young. Yi Gak berteriak marah pada putri mahkota, "Bagaimana mungkin orang sepertimu menjadi putri mahkota?!" Hwa Young meminta Yi Gak untuk mengampuninya, tapi Yi Gak malah menjawab, "Kau tak seharusnya meminta ampun untuk dirimu sendiri. Kau seharusnya meminta ampun karena telah mengambil nyawa Bu Young." Ia menyuruh pengawal untuk membawa Hwa Young pergi. Young Sul bertanya tentang kondisi Yi Gak yang tadi tertusuk anak panah. Yi Gak meraba dadanya, dan mengeluarkan sebuah kalung yang bandulnya rusak. Ia teringat bagaimana Park Ha memintanya untuk selalu memakaikan kalung itu dekat dengan hatinya dan ia sadar kalau Park Ha kembali menyelamatkan nyawanya. Dengan nada penuh kasih, Yi Gak bergumam, âBodoh.â Semua yang bersalah telah ditahan. Ayah dan kakak laki-laki Bu Young dihukum mati, begitu pula Tae Moo. Karena Bu Young, ibu dan Hwa Young tak akan dihukum mati, tapi semua gelar kebangsawanan mereka akan dicopot dan merka akan diasingkan ke pulau terpencil dan tak diperbolehkan untuk kembali. Misteri kematian putri mahkota telah terpecahkan. Dan sekarang Yi Gak kembali terkenang akan Park Ha. Ia berjalan-jalan di kolam dan masuk ke dalam pondok, tempat terakhir Bu Young sebelum Bu Young meninggal. Ruangan itu sama seperti ruangan kosong yang lain. Bersih tapi tak berpenghuni. Tapi saat melihat pembatas ruangan, kupu-kupu yang ada di lukisan pembatas ruangan itu bersinar sejenak. Seperti ingin memberitahukannya sesuatu padanya. Ia menyentuh kupu-kupu yang bersinar itu. Tak sengaja matanya melihat ke balik dinding dan melihat ada celah bekas sobekan di balik pembatas itu. Yi Gak segera menyobek celah itu lebih lebar dan menemukan kalau ada surat yang tersembunyi di balik pembatas itu. Yi Gak segera mengambil surat itu dan membukanya. Ternyata surat itu berasal dari Bu Young yang menulis surat itu di saat-saat akhirnya, "Yang Mulia, jika Anda membaca surat ini, berarti Anda selamat. Dan hal itu membuat saya, Bu Young, merasa bahagia. Ada hikmahnya yang dapat dipetik saat kita menjelang ajal. Semua perasaan yang hanya bisa saya pendam dalam hati, dapat saya katakan. Aku mencintaimu. Sepanjang hidupmu, aku selalu menyukaimu. Apa yang mati meski ia hidup dan apa yang hidup meski ia mati? Walaupun beratus-ratus tahun berlalu, aku akan selalu mencintaimu." Isi surat itu terngiang-ngiang di telinga Yi Gak. Seakan menyadari sesuatu, ia berlari dan kembali ke pondok tengah kolam. Duduk di meja dan kursi yang sama dengan saat Bu Young menulis surat untuknya, Yi Gak juga menulis surat. Kali ini ia menulis surat untuk Park Ha, "Park Ha-ya.. Aku tiba di sini dengan selamat. Bagaimana keadaanmu?" Dan ia memasukkan surat itu ke dalam sebuah tabung dan menyembunyikannya di bawah pondok tengah kolam, tempat ia pernah menggali keping giok untuk diberikan pada Park Ha. Park Ha pergi berjalan-jalan ke istana Yi Gak. Seolah mengharapkan sesuatu terjadi, ia menggali tanah di bawah pondok, tempat Yi Gak dulu pernah menggali keping giok yang diberikan untuknya. Dan ia menemukannya. Tersimpan dalam sebuah tabung, ada surat yang menguning dan tergerus usia. Tapi tulisan yang tergores di dalamnya adalah tulisan Hangul modern, bukan Cina. Ia mulai membaca surat cinta yang dikirim oleh suaminya, "Jika kau membaca surat ini, berarti 300 tahun telah berlalu. Dan jika kau bisa membaca surat ini, aku akan menarik pendapatku yang menyebutmu bodoh. Benar-benar akan kutarik.â Walau berurai air mata, Park Ha tersenyum membaca kata-kata Yi Gak, âdasar bodoh.â âApakah usaha cafe juice-mu berjalan baik? Aku hanya dapat membayangkan apa yang sekarang sedang kau lakukan, tapi tak mampu menyentuhmu. Aku sangat merindukanmu. Aku ingin mendengar suaramu dan menyentuhmu. Jika aku bisa mati untuk menemuimu, aku bersedia mati saat ini juga." Kata-kata Yi Gak dari dalam surat sepertinya terekam dalam benaknya. Ia masih dapat menyibukkan diri saat banyak pelanggan yang berdatangan. Tapi setelah jam sibuk telah lewat, toko mulai sepi pengunjung. Hanya ada satu atau dua pelanggan datang membeli jus, Park Ha mulai teringat akan isi surat Yi Gak lagi. Ia juga tak menyadari kalau ada seseorang yang menghampirinya dan memesan jus apel. Ia tersadar kalau ada seseorang, saat orang itu mengetuk meja konter dan mengulangi pesanan jus apelnya lagi. Tae Young telah sadar kembali? Tapi Park Ha tak melihatnya. Karena yang ia lihat, ia dengar dan ia rasakan sekarang adalah isi surat Yi Gak. "Seharusnya aku mengatakan cinta padamu lebih banyak lagi. Park Ha-ya, aku mencintaimu. Aku kangen dan ingin sekali melihat senyuman di wajahmu. Kau harus jaga diri baik-baik." Park Ha membuat jus apel tanpa melihat siapa yang membelinya. Dan pria itu hanya memperhatikan Park Ha, dengan senyum, berharap Park Ha menatapnya. Tapi sia-sia saja. Park Ha masih tenggelam dalam ingatan akan Yi Gak. Park Ha menyelesaikan pesanan pria itu, dan menerima uang tanpa melirik sedikitpun pada pembelinya. Pria itu hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Park Ha. Ketiga joseoners juga memiliki usaha sendiri yang sangat laku di Joseon. Restoran omurice Park Ha. Mungkin restoran itu jadi trending topic di masyarakat, karena antrian untuk makan di restoran itu sangatlah panjang. Para pegawainya? Tentu saja mereka sendiri. Man Bo sebagai pelayan merangkap kasir dan Young Sul sebagai juru masak. Sedangkan Chi San, si master saos tomat, merubah tomat segar menjadi saos tomat yang menjadi andalan dalam membuat omurice. Dan hidangan omurice mereka sangatlah higenis, hingga membuat Dae Jang Geum malu pada diri sendiri jika ia melihat Young Sul dan Chi San meracik dan memasak omurice itu. Karena mereka memasak dengan memakai masker plastik yang hanya bisa didapat di masa depan. LOL, sepertinya mereka telah berencana untuk membuka restoran, deh, sampai sempat-sempatnya membawa masker untuk memasak. Man Bo mengajukan complain pada Chi San karena saos tomat yang dibuat terlalu asin. Tapi Chi San tak mendengarkan ocehan Man Bo. Ia malah memasukkan sesuatu ke telinganya dan .. .. itu Ipod? Ha! Hanya saja ia tak dapat mengabaikan teriakan Young Sul di telinganya yang segera membuat pesanan antar. Jika ada pesanan antar ada di masa depan, begitu pula di masa Joseon. Pelanggan mereka adalah Yang Mulia Pangeran Yi Gak yang telah menunggu kedatangan ketiga abdinya dengan tak sabar. Saat mereka datang, Yi Gak memarahi mereka yang datang terlambat. Chi San meminta Yi Gak untuk sekali-kali datang mengunjungi restoran mereka dan berkilah keterlambatan mereka karena mereka amat sangat sibuk bekerja keras. Man Bo juga meminta agar Yang Mulia Pangeran Yi Gak membereskan tagihannya yang menumpuk. Tapi Yang Mulia Pangeran Yi Gak hanya menjawab pendek, âAku tak punya uang.â LOL. Nggak jaman Park Ha atau jaman mereka sendiri, jawaban Yi Gak tetap sama. Mereka menikmati omurice itu seperti saat mereka berada di rumah loteng. Memakai baju training namun topi tetap bertengger di kepala. Yi Gak makan di meja, sedangkan ketiga Joseoners makan di lantai. Dalam sekejap, omurice di piring telah tandas. Namun sekejap itu pula, arus kenangan membanjiri pikiran Yi Gak membuat matanya berkaca-kaca teringat pada gadis yang mengenalkan omurice padanya. Ketiga Joseoners khawatir melihat junjungannya bersedih, tapi Yi Gak menenangkannya. Ia beralasan kalau ia seperti ini karena omuricenya sangat enak sekali. Dan untuk menghibur Yi Gak, Man Bo menyodorkan pemen peppermint untuk dikunyah. Yi Gak tersenyum melihat permen itu dan mengambil satu diikuti yang lainnya. Kali ini ia mengunyah dengan penuh kelembutan, tak seperti pertama kali memakannya, dan tersenyum merasakan manisnya permen itu. Namun terdengar suara gemeletuk yang berasal dari mulut Young Sul. Ia langsung melirik tajam pada Young Sul yang bingung, kesalahan apa yang ia lakukan kali ini? Chi San langsung memukul kepala Young Sul dengan sendok, diikuti dengan sendok Man Bo yang mendarat ke tubuhnya. LOL, pendekar ini benar-benar adalah pelengkap penderita, deh.. Park Ha yang akan membuka tokonya melihat ada sebuah kartu pos yang terselip di gagang pintu. Kartu pos itu bergambar Namsan Seoul Tower. Seakan dĂ©jĂ vu, Park Ha membalik kartu pos itu. Di balik kartu pos itu ada sketsa dirinya yang sedang membuat juice dan sama seperti kartu pos sebelumnya, ada inisal di ujung kanan bawah, EO. Tae Young. Park Ha berdebar-debar melihat kartu pos itu, apalagi di sana juga tertempel post it kuning yang meminta agar Park Ha menemuinya di Namsan Seoul Tower. Park Ha mendatangi taman itu, mencari sosok yang ingin ditemuinya. Tapi tak ada. Sosok itu tak ada. Hanya berbagai kelompok turis yang lalu lalang. Park Ha tak menemukan sosok itu di keramaian taman. Saat kelompok turis itu berlalu pergi, hanya tinggal dirinya berdiri di taman. Dengannya. Ia menatap Park Ha yang seolah tak percaya, dan tersenyum sambil berkata, "Kenapa kau lama sekali? Aku telah menunggumu sekian lama." Park Ha balik bertanya, "Kau sendiri ada dimana? Aku .. selalu ada di sini." Ia mengulurkan tangannya. Saat Park Ha menyambut tangannya, ia menjadi Yi Gak yang menitikkan air mata bahagia dan berkata, âWalaupun jika 300 tahun telah berlalu, â.. aku masih tetap mencintaimu.â Komentar Setelah banyak yang bertanya drama ini happy end atau tidak, pertanyaan berikutnya yang muncul di spoiler 20adalah siapa yang menemui Park Ha? Yi Gak? Ataukah Tae Young? Saat di spoiler, saya mengatakan kalau Park Ha adalah Bu Young, dan Yi Gak adalah Tae Young. Saya menarik kesimpulan itu karena kata-kata terakhir mereka adalah kata-kata terakhir di surat Bu Young yang hanya diketahui oleh Yi Gak. Sebenarnya ada salah satu petunjuk lain. Ada salah satu komentar yang sangat jeli yaitu dari Armalia. Ia mengatakan kalau Tae Young itu sebenarnya adalah Yi Gak karena gaya Tae Young berdiri, sama seperti Yi Gak, tangan tersembunyi di belakang. Ada beberapa cerita, tentang orang yang bangun dari koma/mati suri, tiba-tiba memiliki pengetahuan yang sebelumnya tak pernah ia miliki. Seakan-akan ada old soul yang menemaninya. Mungkin hal itu juga terjadi pada Tae Young. Kita tak tahu kapan pertemuan di Namsan Seoul Tower ini terjadi. Tapi menurut saya, hal ini terjadi tak lama setelah Yi Gak menghilang. Seperti yang saya ceritakan di postingan menebak teka-teki Yi Gak. Berkaitan dengan jawaban Bu Young yang menjawab Bu Young sebagai jawabannya. Bu Young juga mengatakan kalau teratai adalah lambang Budha untuk reinkarnasi. Yi Gak hidup sementara Tae Young mati. Bukan mati secara raga, tapi mati secara jiwa. Ketika Tae Moo mengunjunginya di rumah sakit Chicago, tatapan matanya kosong seperti tak berjiwa. Tapi setelah Yi Gak menghilang dan pergi ke Joseon, Tae Young mendapatkan jiwanya kembali dan sadar dari komanya. Jiwa dan raga Tae Young hidup kembali. Ia kembali dengan ingatan masa lalunya sebelum tenggelam dan ingatan sebagai Yi Gak saat Yi Gak bersama Park Ha. Dan mengenai alasan, mengapa Yi Gak harus jatuh di kandang ayam? Saat jatuh di masa depan, ia jatuh di rumah loteng Park Ha. Hal ini sebenarnya mengisyaratkan kalau jawaban misteri yang ia cari adalah Park Ha. Jatuhnya Yi Gak menyadarkannya kalau Park Ha-lah takdirnya yang sebenarnya. Sedangkan kandang ayam? Kalau menurut saya, Bu Young jelas telah tiada. Cintanya sudah pergi. Hanya tinggal kenangan akan Bu Young yang tak begitu banyak, juga Park Ha yang tak mungkin ia temui lagi. Namun masih ada hal yang selalu mengingatkannya pada Park Ha. Yaitu telur ayam. Omuraaiiiseeee... Kekeke.. *yang ini benar-benar ignore, ignore, please* Sinopsis Episode Terima Kasih telah membaca Sinopsis Rooftop Prince Episode 20 END
recaps discussion news cast 530 May 24, 2012January 24, 2016 Rooftop Prince Episode 20 Final by javabeans Well, wouldnâtcha know Hereâs a surprisingly satisfying ending for a series that was in danger of losing its way on multiple occasions. We finally get at the truth of the big Joseon mystery, and I was pleasantly surprised with how well it worked with the plot weâve seen thus far, and the characterizations of our characters in both time zones. Iâve always wanted to go back to the Joseon times more, and missed the story that got left hanging after the first episode, so I was reminded of how I felt when beginning the show. It makes me think that it was a shame the show didnât capitalize on the past storyline more, though I can see that the whole point was in making the future the key to the past. In any case, if a flagging drama had to pull out one really strong episode amid a bunch of middling ones, the finale sure is the place to do it. It seems viewers agreed, since the finale pulled Rooftop Prince into first place after giving up that slot to Equator Man for weeks; it went out with a while Equator closed with a The King 2 Hearts ended on an rating. SONG OF THE DAY Fanny Fink â âHear Songâ [ Download ] Audio clip Adobe Flash Player version 9 or above is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser. FINAL EPISODE RECAP Yi Gak disappears from the modern world, leaving Park-ha crying on her lonely rooftop. As for the other side of the wormhole? We find Yi Gak reappearing in his own era, still dressed in his wedding suit, sitting in a barn. Itâs a strange sight for the locals, and he attracts stares as they pass by the marketplace. Then a team of policemen barrel through the crowd right for him, yelling, âStop! Capture him!â Who, me? turns into OhcrapRUN! As he flees, he literally runs right into Chi-san, whoâs also running, still dressed in the same shorts and flip-flops he was in when he disappeared from the 21st century. Wait, have you been running for two whole days? Or does the wormhole dump all travelers into the same time, despite staggered departures? Lucky for them, these are incompetent officers who lose him in plain sight. Though I suppose since theyâre Prince Yi Gakâs line of defense, maybe not so lucky after all. The boys briefly split up in the chase, and when Yi Gak finds Chi-san, heâs unconscious in the street with blood smeared on his face. He moans in pain⊠and then licks the blood awayâketchup, his favorite trickâand asks, âTheyâre gone, right?â HA, and now it makes sense why Chi-san was eating a hamburger in the car when he vanished, because now he clutches a small foil ketchup packet. Handy, that. Theyâre safe from the authorities, but now the problem is how to get back to the palace without being immediately cast away as crazies. Thankfully, Yi Gak spies something in the distance two ordinary-looking Joseon men, drinking from beer cans. Haha. Looks like Man-bo and Yong-soolâs ever-present backpacks saved their hides after all. They didnât leap with Joseon money, but they were able to trade a pack of gum for a full meal; a little modern marvel goes a long way. Thirsty Yi Gak reaches for a drink, but the can is empty and Yong-sool reminds him a little defensively, heh that they were responsible for their own belongings. As in, If you wanted one, you shouldâve packed one. Fortunately, Man-bo thought to pack the princeâs royal garb, which eliminates their biggest concern. Elsewhere, Minister HongâBu-yong and Hwa-yongâs fatherâis informed of the princeâs shocking reappearance at the palace, which he does not take as good news. If Dadâs reaction werenât enough to tip us off that heâs secretly aligned against the prince, how about the fact that his partner dun dun dun! has Tae-muâs face? Apparently his name is Muchang-gun, but no need to introduce new names at this point, is there? Joseon Tae-mu it is. Minister Hong angrily tells Joseon Tae-mu that the prince was reportedly taken care of last night when he was chased through the forest. Ahh, so the boys have returned just one day after their initial time-leap, and Joseon Tae-mu did try to assassinate him. Heh, so his incompetence as a murderer spans time and space; good to know some things are consistent. Lord Tae-mu gets up, takes his sword out, and slices down the two henchmen stationed outside âIt appears that the assassins made a mistake last night.â The ducklings return to the palace to meet the prince after having some time to go home, see their families, and dress in their old clothing. Theyâre puzzled at the inconsistency of the time lapse as well, which resulted in one sisterly, âEw, gross, get away,â when Man-bo gave his sister a bear hug in relief, since sheâd just seen him the day before. They wonder if it could have been a dream, and at Man-boâs modern reply of, âNo way, thatâs crazy,â Yi Gak reminds them all to remember their Joseon mannerisms. Ha, now theyâre fish out of water in their own time zones. Talk about monster jet lag. Now that everyoneâs back in their rightful places, itâs time to turn their attention to that mystery. The prince orders his team to set up a special division at the Euigeumbu the Joseon department investigating crimes under the kingâs decree, and to summon the princessâs family there. Bu-yongâs mother canât understand the summons, and sheâs still grieving for her daughter. But Minister Hong understands the greater politics at play and declares that itâll all be over soon âEither I will die, or the Crown Prince will.â Thus they are rounded up and brought before Yi Gak, who asks if they understand why theyâre here and where Bu-yong is. Minister Hong claims complete innocence regarding Hwa-yongâs death, and his wife explains that Bu-yong is shut in her room, suffering from a contagious disease. But Yi Gak isnât here to find out answers, but to reveal them. He begins with the death seven days ago In flashback, we see Bu-yong looking wistfully at the prince, hidden around a corner as he walks through the courtyard. She trips and falls, dropping a cosmetics container with powder, which spills to the ground. Yi Gak comes up behind her as sheâs crouched on the ground and has a little fun teasing her. He offers his hand, tsk-tsks about her tripping yet again, and asks about the dropped container. Bu-yong identifies it as face powder sent to the princess by their older brother. Yi Gak is delighted to hear that she hasnât been able to figure out his puzzleâwhat dies though it lives, and lives though it dies?âand says that if she doesnât produce the answer by tomorrow, he wins. Bu-yong visits unni Hwa-yong in the palace and makes her deliveries the powder from their brother, and a letter from their father. Bu-yong notes that the powder smells a little different, wondering if itâs because itâs from China, and asks to take a look. But Hwa-yongâwho opened the letter looking disturbedâsnaps at her not to touch it, rattled by whatever Daddy wrote her. To kill the prince, perhaps? Thereâs one last thing, and Bu-yong hands over a new handkerchief she has embroidered for the prince. But Hwa-yong is so upset by the letter that she barks at Bu-yong to leave. Bu-yong arrives home while Joseon Tae-mu is sitting with her father, and the two men clam up at the sight of her. Curious at their unfamiliar guest, Bu-yong asks her mother about him, and learns that he is Muchang-gun, the princeâs half-brother. Heâs such an obscure prince that Bu-yong has never heard of him, but thatâs because he was kicked out of the palace when he was three, when his mother was dethroned. Bu-yong starts to wonder at the curious circumstances, especially when her mother dismisses her questions and says vaguely that itâs Dadâs business. The clues are too odd to ignore, and she muses that the powder didnât smell like cosmetics. She remembers her fatherâs letter, which she was instructed to bring back after the princess had read, which she forgot to convey back to Dad. Bu-yong takes it out and reads the ominous contents âYour Highness, today is the day. Listen to your fatherâs words carefully, you must not make a mistake.â Bu-yong understands that a plot is under way, just as Minister Hong remembers that he was supposed to get the letter from her. He sends his underling brother? son? to retrieve it, which is found in Bu-yongâs room, open and clearly read. Sheâs gone, though, having raced away to the palace, desperate to interrupt the deadly plot. Joseon Tae-mu canât have that and orders his men to capture her, killing her if necessary. His coup is on the line. As Bu-yong runs, we hear the rest of the letterâs contents That Hwa-yong is to handle the dried persimmons at their nightly tea, distracting the prince long enough to sprinkle the powder on top. So Hwa-yong presents the prince with his new handkerchief, and while he admires it, she poisons the persimmon and serves him tea. He comments that he met her sister today, and that he saw her tripping and spilling that face powder. The longer he talks, the more nervous Hwa-yong gets, shaking in guilt and fear. Just as he reaches for the persimmon, Bu-yong is announced. She has to explain her presence somehow, and Hwa-yong rebukes her for ignoring the rules, telling her to come back tomorrow. Both sisters distractedly eye the persimmonsâone needs the prince to eat it, the other is relieved theyâre yet untouched. Yi Gak is in a generous mood, though, so he allows her to stay and asks what she has to say. Bu-yong replies that she has solved the puzzle, making him chuckle. Heâd told her she had until tomorrow, so this is her way of winning the bet he assumes. She says, âThe answer is⊠Bu-yong lotus.â Hwa-yong smirks at the audacity of naming herself, but the prince asks for the explanation. Bu-yong explains how the lotus is a flower that grows in a pond, whose roots go deep below into the ground, where all living things die. In order to flower, the lotus takes in that which has died; even though it lives, the flower must die for its seeds to again fall to the ground to bring new life. Furthermore, in Buddhism the samsara is a concept of the birth-life-death cycle, which is represented by the lotus. Yi Gak laughs at that, impressed, and concedes that he lost again. By now Hwa-yong is edgy and impatient, and dismisses her sister. But Bu-yong canât just go, and asks for her reward the persimmon. Aww, thatâs so sad. And a helluva lot more poignant a sacrifice than running in front of a car, because while the situations are paralleled, the actual mechanism of the conflict works much better in this intrigue-laden Joseon era, with treason and coups and betrayals galore. She canât reveal the truth without condemning her entire family to ruination and execution, so sheâll just eat the poison and save the prince. Hwa-yong looks troubled while the prince finds the request paltry, but Bu-yong entreats him to comply, saying that this is what she needs right now. With trembling hands, she takes them and eats, every last one. And Hwa-yong doesnât say a thing. When sheâs done, the prince calls it a night, and Bu-yong asks him to live in peace. Hwa-yong hangs her head, blinking back her own tears. When Bu-yong leaves, sheâs already feeling the effects and stumbles weakly. She asks the court lady that if the princess should look for her later, to meet her at the Lotus Pavilion. Then, with difficulty, she staggers out to wait by the pond, breathing painfully, remembering all her times with the prince. After the prince goes to sleep, Hwa-yong slips away with two court ladies, heading to the pavilion. She leaves them outside the building, then faces her dying sister inside. Iâm going to give Hwa-yong a wee bit of credit in thinking that she is rightfully horrified that her sister is dying, even if her first words are to blame Bu-yong for âruining everything.â But itâs very wee. Hwa-yong points out that Bu-yongâs big sacrifice isnât going to fix much, since once sheâs dead itâll be easily discovered that she was poisoned, and their whole family will be killed if it is linked to an attempt on the princeâs life. But Bu-yong pleads with her sister for one last request, to protect the prince. To that end, she has a plan Dress Bu-yong in the princessâs clothes and pass off her corpse for Hwa-yongâs. If her body is believed to be the princessâs, itâll deflect the suspicion away from an assassination attempt on the prince whereas, nobody has cause to murder a nobody like Bu-yong, so if her body were discovered, the inquest would continue. This means Hwa-yong will have to give up her identity as the princess, but it would spare the familyâs life. Furthermore, without his connection to the princess, their father loses his position of power and therefore he can no longer be a threat to the prince, and therefore the coup against Yi Gak will stall. Time is running out, and Bu-yong gasps in pain that they must hurry. The women trade clothing. Outside, however, Joseon Tae-mu is on the prowl, dressed in dark assassinâs clothing. He spies the court ladies and approaches the Lotus Pavilion, and cuts them downâfinally, a successful murder! Yay? Hwa-yong, dressed in Bu-yongâs clothes and face mask, emerges from the pavilion alone and runs to her fatherâs house. Bu-yong, meanwhile, starts to cough up blood. She clutches a letter in one hand and rises with difficulty to hide it behind a screen. Outside, she looks into the water for long moments, shaking in pain and fear as she prepares herself. Murmuring, âYour Highness,â Bu-yong closes her eyes and falls into the water to her death. End of flashback. In the âpresentâ day Joseon timeline, Yi Gak finishes relating this story to the Hong family with angry condemnation. Minister Hong insists that it was the princess who died, and it seems like the parents really are surprised. Yi Gak challenges them, asking if they can be absolutely sure that the sickly daughter at home is Bu-yong. He orders his ducklings to search the household for Bu-yong, and accompanies his team of special investigators to scour the property. She is discovered hiding, and Yi Gak reaches to uncover her face, just as they hear the approach of attackers. Itâs Joseon Tae-mu and his team of rebels, leading to a skirmish in the courtyard. He seizes his bow and arrow and shoots at Yi Gak⊠getting him square in the chest. Oh noes! Yong-sool corners Joseon Tae-mu, though, stopping him in his tracks with a sword to the throat. And curiously, Yi Gak doesnât seem to be in pain as he pulls the arrow from his chest. Aw, did his marriage pendant save his life? Now he turns back to Hwa-yong, ordering her to raise her head to face him. He pulls the mask from her face, and sees his wife. That confirms everything, and he looks at her with furious contempt. Hwa-yong grabs his legs and begs for mercy, crying that she knows nothing, pleading for her life. Yi Gak thunders, âHow is it that a wicked thing like you could be the princess?! It is not me to whom you should beg for your lifeâyou should beg it from Bu-yong!â He orders everyone rounded up and taken to the Euigeumbu to be charged as traitors. His men rush to his side, and he reveals the pendant Park-ha gave him, now dented from the arrow. He tells them, âPark-ha saved my life once more. Dummy.â Hour of judgment. Yi Gak charges Minister Hong for the attempt on his life, and orders father and son executed by beheading. He charges his half-brother, whom heâd thought of favorably despite their long estrangement, with the same crime and punishment. In memory of Bu-yongâs sacrifice, he spares Hwa-yong and her mother, but strips the princess of her crown and sends them into exile. Some time later, Yi Gak walks along that bridge alone now, thinking of Park-ha. He makes his way into the Lotus Pavilion, his gaze settling on the screen against the wall. The painted butterfly glows briefly, bringing him closer, and that leads him to a discovery the letter Bu-yong had slipped between the panels. He rips the letter out of hiding and reads the words sheâd written in her dying moments. âYour Highness, if you are reading this letter it means you are alive, and that makes me, Bu-yong, happy. There is one thing that is good about dying. I am glad that I can now say the words I have long held in my heart. I loved you, Your Highness. I cared for you my entire life. That which lives despite dying, and dies though livingâeven hundreds of years later, I will love you.â Yi Gak sheds tears, and then has an idea, scrambling to write a letter of his own, which starts, âPark-ha-ya, I arrived safely. How are you?â He rolls up the paper and slips it into a tube, then tucks that into the palace hiding place heâd once shown her, where he retrieved her jade wedding pendant. Back to the present, where Park-ha returns to the palace. She finds the hiding spot and feels around, hoping for something. She does, and opens the tube with anticipation, finding the old, yellowed parchment. The letter continues âIf you are able to read this letter, three hundred years will have passed. And if this letter finds its ways into your hands, I take back my words calling you Dummy. Is your fruit juice business going well? I can only imagine how you are doing, unable to touch you. I miss you like crazy. I want to hear your voice, and touch you. If I could die and meet you, I would die right now.â And then, a familiar face arrives to order an apple juice. Sheâs in such a daze that he has to call to her twice, and then she doesnât even spare him a glance. Itâs Tae-yong, or is it Yi Gak?, and he smiles pleasantly at her. The letter goes on to say, âI should have said I love you more. Park-ha-ya, I love you. I miss your smiling face like crazy. You must be well.â The customer pays and keeps looking at Park-ha expectantly, like he wants her to look at him. But she barely notices, and he leaves. Back to Joseon, where our ducklings⊠have set up a food stand of their own, sellingâwhat else?âomurice. They even make their own fresh ketchup, bickering like old friends, and Chi-san even plugs in his iPod to ignore Man-boâs nagging. Ha. Whatâre you gonna do when those batteries die, huh? The boys make their delivery to the prince, and then poof, instead of their Joseon hanboks theyâre wearing those comfy newfangled tracksuits, so they can eat their omurice in comfort. HAHA. Okay, thatâs pretty cute. They wolf down their food like old times, but as he finishes, Yi Gak finds himself on the verge of tears and sad thoughts. He makes an excuse, but the boys know what troubles him, and offer him a park-ha peppermint as dessert. And today, Yong-sool gets the evil eye for crunching into his, hee. 2012. Park-ha arrives at work to find a postcard of the Seoul Tower stuck into her front door, with a note asking her to meet there tonight. On the flipside is a new sketch of her, depicting her at her juice blender, with Tae-yongâs familiar initials in the corner. And THAT gets her attention, finally. She arrives at the meeting point and waits for a while, masses of tourists passing by in a blur. When the crowd disperses, one person is left standing by her side, looking at her with an expectant gaze. Itâs Tae-yong or is it?, and he asks, âWhy are you so late? Iâve been waiting for a long time.â Park-ha asks where heâs been, because âI was here the whole time.â Heâs looking at her like he knows her, but itâs not entirely clear which incarnation this is. My brain says Tae-yong, but the heart hopes for Yi Gak⊠Tae-yong holds out his hand to her, and she takes it. The moment she does, suddenly the man transforms right before her eyes, wearing princeâs robes. They look at each other with tears running down their faces, both thinking to themselves, âEven after three hundred years pass, I will love you.â COMMENTS I was holding out hope till the very last moment that Yi Gak had found a way back to Park-ha somehow, even if that would have flouted all narrative logic. Hey, itâs not like the show has a lot of that left to lose. But no, itâs Tae-yong standing there at the end, as the coupleâs last words remind tell us that weâre looking at the three-hundred-years-later version, not the original. And even though I balk at the idea of swapping out one Yoochun for another, reincarnated soul be damned, the show does manage to soften the blow by giving us the image of Yi Gak at the end to assure us that yes, he is the same person. Kind of. As in, this isnât a cheap copy that weâre left to settle for, but as close a thing to the real deal as you can wrap your head around. I confess to not being entirely sold on the reincarnated soul making up for the loss, but I appreciate the last sceneâs depiction of the reunionâit isnât the same pairing that weâve been watching all series long, but because Park-ha sees Tae-yong dressed as Yi Gak in her mind, it seems to be saying, itâs like their souls recognize each other. The material world and their current bodily trappings change from lifetime to lifetime, but the essence of their love is still there, and that recognition sweeps through them both. Itâs not a perfect happily ever after, but Iâm strangely okay with it. Possibly because this show isnât one that sticks with me emotionally in the first place so its flaws donât upset me terribly either. I suspect that if the show had gone out on Tae-yong and Park-ha together, I would have been unhappy, but the swap to show Yi Gak standing there, reinforcing that itâs supposed to be the same soul, does go a long way toward getting me to accept it. I do feel like Yi Gak sure got stuck with the short end of the stick, in that he loses both Bu-yong and Park-ha and has to live the rest of his life single. Heâs got his sidekicks there, which helps, but he doesnât get a consolation romance like Park-ha. I guess sheâs the one who has to live knowing that Yi Gak is already dead, but somehow I think itâs worse to be him, either pining or grieving or in an existential state of âWell, I guess it all works out in the end, even if itâs not MY end.â On the other hand, his Joseon storyline was always about bringing justice for the murder, not recovering a lost love. He starts out the drama grieving for his wife, and he never harbored illusions of being able to jump back in time to bring her back to life. So in that regard, he succeeds in what he set out to do uncover the murderer, realize the truth, and punish the wrongdoers. If he hadnât time-warped in the first place, he would still have had to deal with the grief of losing a loved one; at least in this case he knows he loved the right one? I was satisfied with the wrap-up of the Joseon mystery in the final episode, and found Bu-yongâs sacrifice pretty heartbreaking. I understood it and felt for it, even though the very same action in 2012 had me scoffing and rolling my eyes. Her act had more emotional impact, and I felt the bittersweetness of Yi Gakâs discovery of what sheâd done. The finale also made me think that the seeds were planted well enough in advance to convince me that the writer DID know what he was doing. He clearly had the important beats worked out from the start, and the neatness of the resolution proves that this there was a decent amount of forethought given to the plot. The problem this drama had is the opposite of a lot of other live-shoot dramas, where you can sense the story unraveling at the seams and writers throwing whatever they can at the show to keep it going. Here, it feels like the show knew how it was going to end, but didnât do a good job budgeting its plot in the middle portion and ended up whipping up whatever stories it could to keep the show treading water till it could dovetail with the planned part. I do wish the plot mechanisms were more explained, though, since Iâm still left wondering at the reason for the time-jump in the first place. We get a vague understanding that thereâs a Fate-like power deciding when to move them forward and backward, and I think weâre safe in assuming that this Fate allowed Tae-yong to wake up after Yi Gak left his world. But it never quite addresses the Why of it all. Do random other people throughout history also get to visit their future selves, when something goes awry in their own worlds? All in all, Rooftop Prince was a fluffy drama that I could watch easily without thinking too hard, especially when the show brought on the cute characters, fish-out-of-water jokes, hilarious sight gags and puns, and the sweet chemistry between Yoochun and Han Ji-min. It definitely is a show where the charm of the cast makes up for a lot. Ultimately there wasnât a whole lotta plot, which means that half the show was spent stretching out the same beats and repeating them with slight but insufficient variations on the same theme. Hereâs a case of a show that shouldâve been ten episodes at most, having to scrounge up stuff to fill twenty. At least we had amusing interactions, with beautiful crying by Han Ji-min and an impressive leap in performance by Yoochun, who stretched himself a lot with this role. Iâll look forward to more things in both their futuresâas well as the Joseon ducklingsâthough the production team is on notice. RELATED POSTS Rooftop Prince Episode 19 Rooftop Prince Episode 18 Rooftop Prince Episode 17 Thing vs. Thing Time-traveling Heroes Rooftop Prince Episode 16 Rooftop Prince Episode 15 Rooftop Prince Episode 14 Rooftop Prince Episode 13 Rooftop Prince Episode 12 Rooftop Prince Episode 11 Rooftop Prince Episode 10 Rooftop Prince Episode 9 Rooftop Prince Episode 8 Rooftop Prince Episode 7 The untold love story Rooftop Fashion King Rooftop Prince Episode 6 Rooftop Prince Episode 5 Rooftop Prince Episode 4 Rooftop Prince Episode 3 Rooftop Prince Episode 2 Rooftop Prince Episode 1 Tags featured, Han Ji-min, Jung Yumi 2, Lee Tae-sung, Micky Yoochun, Rooftop Prince Premium Supporter Currently Airing
sinopsis rooftop prince episode 20