Masuknyaajaran Islam pada sekitar abad ke-13 Masehi melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatra dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era Hindu-Buddha ini. Darisusunan pemerintahannya kita dapat melihat bahwa sistem pemerintahan dan kehidupan politik kerjaan Majapahit sudah sangat teratur. Sejarah Kerajaan Kediri ~ Pembagian Kerajaan Mataram (Disnati Isana) menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan KERAJAANKEDIRI - SEJARAH ASAL USUL HINGGA MASA SINGASARI MAJAPAHIT Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja yang terkenal penuh wibawa. Di masa ini, kerajaan kediri memiliki hubungan Watch Now; Situs Semen Peninggalan Kerajaan Kediri Yang Terkenal Masa Majapahit Satu lagi peninggalan kerajaan kediri yang terkenal yang ada di masa kejayaan majapahit yaitu situs SriKameswara (1182-1194) 10. Sri Kertajaya (1190-1222) Kerajaan Kediri atau disebut Kerajaan Panjalu berpusat di kota Kediri. Letaknya satu pulau dengan kerajaan Cirebon yang ada dipulau Jawa. Kerajaan Kediri termasuk kerajaan bercorak Hindu, selain kerajaan Singasari, kerajaan Pajajaran, dan kerajaan Kutai. KerajaanKediri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Isyana (Kerajaan Medang Kamulan). Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri. walaupun secara resmi sistem pemerintahan Kerajaan majapahit baru berjalan setahun kemudian, yaitu ketika Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit yang Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Contents1 Sejarah, Nama Raja, Perkembangan dan Peninggalan Kerajaan Sejarah Kerajaan Perkembangan Kerajaan Perkembangan Politik Kerajaan Karya Sastra Kerajaan Sistem Pemerintahan Kerajaan Kehidupan Sosial Masyarakat Golongan Masyarakat Kerajaan Kehidupan Ekonomi Kerajaan Beberapa Raja Dari Kerajaan 1. Airlangga ketika Daha masih menjadi kota yang utuh 2. Sri Samarawijaya ketika Daha sudah menjadi Ibu Kota Panjalu 3. Sri 4. Sri 5. Sri 6. Sri 7. Sri 8. Sri 9. Sri 10. Sri Lencana Kerajaan Lencana pertama Lencana kedua Lencana ketiga Lencana keempat Lencana kelima Lencana keenam Lencana ketujuh Kehidupan Beragama Masyarakat Kesenian Masyarakat Kerajaan Keruntuhan Kerajaan Share thisSejarah, Nama Raja, Perkembangan dan Peninggalan Kerajaan KediriKerajaan Kediri – Kerajaan Kediri atau disebut juga Panjalu adalah kerajaan di Jawa Timur, yang berdiri sejak tahun 1042 – 1222. Yang saat itu berpusat di Kota Daha atau yang sekarang disebut dengan Kota Kediri. Kota Daha sudah ada sejak sebelum Kerajaan Kediri tersebut didirikan, nama Daha sendiri adalah singkatan dari Dahanapura yang artinya Kora Api. Hal itu bisa dilihat dari sebuah Prasasti Pamwatan dari Airlangga, di tahun 1042. Di akhir tahun 1042 Airlangga terpaksa harus membagi wilayah kerajaan, karena adanya perebutan tahta dari dua orang putranya yang bernama Sri Samarawijaya yang mendapat Kerajaan Barat Panjalu di Kota Daha, dan Mapanji Garasakan yang mendapat Kerajaam Timur di Janggala Kota Lama Kerajaan KediriSebelum kerajaannya terbagi menjadi dua, kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga ini memiliki nama Panjalu, yang ada di Kota Daha. Kerajaan Janggala terlahir dari pecahan Panjalu, sedangkan kerajaan kahuripan adalah kota lama yang ditinggalkan oleh Airlangga. Yang kemudian menjadi Kota awalnya nama Panjalu ini lebih sering digunakan dibandingkan nama Kediri, atau Kadiri yang terbukti dari isi prasasti dari Raja-raja Kediri. Nama Panjalu dikenal dengan nama Pu Chia Lung, pada kronik Cina yaitu Ling Wai Tai Ta pada tahun 1178. Kediri atau Kadiri berasal dari kata Kadhri dari bahasa sansekerta, yang artinya pohon mengkudu atau pohon Kerajaan KediriAwalnya kerajaan Kediri tidak terlalu diketahui asal usulnya, pada Prasasti Turun Hyang II di tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa ditemukan. Dari beberapa raja sebelum Raja Sri Jayawarsa, hanya Raja Sri Samarawijaya saja yang diketahui. Untuk urutan raja setelah Raja Sri Jayawarsa, diketahui secara jelas dari prasasti yang kemudian ditemukan. Kerajaan Panjalu berada di bawah kekuasaan Sri Jayabhaya yang dapat menaklukan Kerajaan Janggala, dengan semboyan yang ada di Prasasti Ngantang pada tahun 1135 yaitu Panjalu Jayati atau Panjalu masa pemerintahan Jayabhaya tersebut Kerajaan Panjalu mendapatkan masa kejayaannya, dan wilayah itu merupakan seluruh Jawa dan beberapa pulau Nusantara. Serta mengalahkan pengaruh yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Bukti ini diperkuat dengan Kronik Cina, yang judulnya Ling Wai Tai Ta dari Chou Ku Fei di tahun 1178. Pada prasasti itu dijelaskan bila menjadi negeri yang paling kaya selain Cina, secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatera yang saat itu berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah. Di daerah Jawa yaitu Kerajaan Panjalu dan di Sumatera adalah Kerajaan Ju Kua telah melukiskan bahwa di Jawa saat itu menganut dua jenis agama yaitu Budha dan Hindu. Dengan tipe penduduk Jawa yang pemberani dan hobi mengadu binatang. Mata uangnya terbuat dari campuran tembaga dengan perak. Di dalam buku Chu Fan Ci juga disebutkan bahwa Jawa merupakan Maharaja yang memiliki beberapa wilayah jajahan. Tepatnya di Pacitan [Pai hua yuan], Medang [Ma tung], Tumapel, Malang [Ta pen], Dieng [Hi ning], Hujung Galuh yang sekrang menjadi Surabaya [Jung ya lu], Jenggi, Papua Barat [Tung ki], Papua [Huang ma chu], Sumba [Ta kang], Sorong, Papua Barat [Kulun], Tanjungpura Borneo [jung wu lo], Banggal di Sulawesi [Pingya i], Timor [Ti wu] dan juga Maluku [Wu nu ku]. Pada tahun 2007 awal ditemukan situs Tondowongso, yang dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Kediri yang dianggap dapat membantu lebih banyak informasi mengenai Kerajaan Kediri kala Politik Kerajaan KediriMapanji Garasakan memiliki jangka waktu pemerintahan yang sebentar, yang kemudian digantikan oleh Raja Mapanji Alanjung tahun 1052 sampai 1059 M. setelah itu digantikan kembali oleh Sri Maharaja Amarotsaha. Pertempuran yang terjadi dari Janggala dan Panjalu, ternyata masih berlangsung sampai 60 tahun berikutnya. Walaupun tak ada berita dan informasi lagi mengenai kepastian kedua kerajaan tersebut, sampai muncul Kerajaan Bameswara di Kediri pada tahun 1116 sampai 1136 masa itu Ibu Kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri, sehingga menjadi lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Kediri. Raja Bameswara mengenakan lencana yang bentuknya tengkorak, yang bertaring di bagian atas bulan sabit. Yang disebut dengan Candrakapala. Setelah Raja tersebut turun tahta, lalu dilanjutkan oleh Jayabhaya yang berhasil mengalahkan Sastra Kerajaan KediriDi masa sejarah Kerajaan Kediri seni sastra sering digunakan di tahun 1157, salah satunya yaitu Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah. Yang lalu diselesaikan oleh Mpu Panuluh. Kitab tersebut memiliki sumber yang berasal dari Mahabrata, yang isinya yaitu kemenangan Pandawa atas Korawa yang digunakan sebagai kiasan kemenangan atas Sri Jayabhaya. Mpu Panuluh juga menulis Kalawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Ada pula Pujangga di masa pemerintahan Sri Kameswara, yaitu Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian di masa pemerintahan Kertajaya juga ada Pujangga yang bernama Mpu Monaguna, yang menulis Sumanasantaka. Dan Mpu Triguna yang menulis Pemerintahan Kerajaan KediriDi masa pemerintahan Kerajaan Kediri, telah mengalami beberapa pergantian kekuasaan dan ada beberapa Raja yang berkuasa kala itu. Raja pertama dari Kerajaan Kediri adalah Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu. Jayawarsa dinamakan sebagai titisan wisnu, yang tertulis di dalam prasasti berangka 1104. Kemudian raja yang kedua adalah Kameswara dengan gelar Sri Maharajake Sirikan Shri Kameshhwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa atau lebih dikenal dengan Kameshwara I tahun 1115 sampai 1130. Prabu Sarwaswera adalah raja yang dikenal taat dalam beribadah, budaya, dan memegang teguh prinsip tat wam asi yang memiliki arti, Dikaulah itu, , dikaulah semua itu, semua makhluk adalah Prabu Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah Mooksa. Yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Atau jalan yang benar adalah jalan yang menuju ke arah kesatuan, segala sesuatu yang menghalangi kesatuan tersebut adalah tidak Kroncharyadipa adalah nama dengan arti benteng kebenaran, Prabu sangat adil pada masyarakat dan seorang pemeluk agama yang taat. Khususnya dalam mengendalikan diri ketika sedang memerintah. Ia memiliki prinsip sad kama murka, yakni enam macam musuh dalam diri manusia. Keenam itu adalah kroda marah, moha kebingungan, kama hawa nafsu,loba rakus,mada mabuk, masarya iri hati.Kehidupan Sosial Masyarakat KediriKehidupan di masa Kerajaan Kediri terbilang baik dan sejahtera. Sehingga rakyat juga hidup dengan tenang saat itu. Hal ini dapat terlihat dari keadaan rumah rakyat yang baik, rapi dan juga bersih. Bahkan dilengkapi dengan ubin yang berwarna kuning, dan hijau. Para penduduknya menggunakan kain sampai di bawah lutut. Kehidupan masyarakat di Kerajaan Kediri terbilang tenang dan damai, seni kesusastraannya jauh lebih berkembang dibanding seni sastra. Hal itu dapat dilihat jumlah sastra yang begitu banyak bahkan sampai saat ini. Yakni beberapa sastra yang telah diulas tersebut, dan masih banyak lagi kitab sastra lainnya seperti misalnya kitab Lubdaka dan Wertasancaya dari Mpu Tan Akung, Kitan Kresnayana dari Mpu Triguna serta Kitab Sumanasantaka dari Mpu Monaguna dan Masyarakat Kerajaan KediriMasyarakat di masa Kerajaan Kediri dibagi menjadi tiga kedudukan, diantaranya yaitu Golongan masyarakat pusat atau kerajaan yaitu masyarakat yang ada di dalam lingkungan raja, dan beberapa kerabat yang ada di dalam kelompok masyarakat thani atau daerah yaitu golongan masyarakat yang terdiri dari petugas pemerintahan, atau pejabat yang ada di wilayah thani atau masyarakat non pemerintah yaitu golongan masyarakat yang tidak memiliki kedudukan, dan hubungan dengan pemerintah ataupun masyarakat Kediri memiliki lebih dari 300 pejabat, yang tugasnya yaitu mengurus dan mencatat segala sesuatu penghasilan di dalam kerajaan. Ada juga 1000 pegawai rendahan yang tugasnya yaitu mengurus benteng, parit kota, perbendaharaan Kerajaan serta gedung tempat persediaan makanan. Kerajaan Kediri lahir dari pembagian Kerajaan Mataram, yang dilakukan oleh Raja Airlangga tahun 1000 sampai tahun 1049. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi perselisihan, yang dilakukan oleh anak-anak Ekonomi Kerajaan KediriKehidupan perekonomian di Kerajaan Kediri memiliki beberapa jenis usaha seperti perdagangan, pertanian dan juga peternakan yang dikenal sebagai penghasil kapas, beras dan ulat sutra. Hal ini menyebabkan kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri terbilang makmur. Hal itu dapat dilihat dari kerajaan yang mampu memberikan penghasilan tetap, untuk para pegawainya berupa hasil bumi. Hal ini juga diperoleh dari keterangan Kitab Chi Fan Chi, dan Kitab Ling Wai Tai Raja Dari Kerajaan kediri1. Airlangga ketika Daha masih menjadi kota yang utuhPendiri Kota Daha adalah pindahan dari Kota Kahuripan, yang turun tahta di tahun 1042. Sehingga kerajaan dibagi menjadi dua. Daha menjadi ibu kota Kerajaan Barat yaitu Panjalu. Menurut Nagarakretagama kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga, sebelum dibagi menjadi dua memiliki nama Sri Samarawijaya ketika Daha sudah menjadi Ibu Kota PanjaluSri Samarawijaya merupakan salah satu putra dari Airlangga, yang namanya juga ditemukan pada Prasasti Pamwatan di tahun Sri JayawarsaDilihat dari Prasasti irah Keting tahun 1104, tidak diketahui apakah Sri Jayawarsa merupakan pengganti Sri Samarawijaya atau bukan. Di masa pemerintahannya Jayawarsa memberi hadiah untuk para rakyat di desa, sebagai wujud suatu penghargaan. Karena rakyat sudah berjasa pada raja. Di dalam prasasti tersebut disebutkan juga bahwa Jayawarsa memiliki perhatian yang besar pada rakyatnya, dan ingin membuat rakyat menjadi Sri BameswaraBerdasarkan Prasasti Padelegan di tahun 1117, Prasasti Panumbangan tahun 1120 dan juga Prasasti Tangkilan tahun 1130 menyebutkan raja berikutnya adalah Sri Bameswara. Prasasti-prasasti tersebut juga membahas tentang Sri JayabhayaRaja terbesar di Kerajaan Panjalu berdasarkan Prasasti Ngantang tahun 1135, Prasasti Talan tahun 1136 serta Kakawin Bharatayuddha tahun 1157 adalah Jayabhaya. Kerajaan Kediri mencapai puncaknya di masa pemerintahan Jayabhaya, karena ia memiliki strategi yang bagus dalam memakmurkan rakyatnya. Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro di bawah kaki Gunung Kelud tersebut, memiliki tanah yang subur sehingga segala jenis tanaman bisa tumbuh dengan baik. Hasil pertanian dan perkebunan pun melimpah, selain itu di bagian tengah Kota terdapat aliran sungai yang jernih dan menjadi tempat hidup berbagai jenis ikan. Makanan yang kaya akan protein pun bisa terpenuhi dengan baik. Dukungan spiritual dan material diberikan kepada Prabu Jayabhaya, dengan sifatnya yang merakyat dan tujuan yang jauh ke depan membuatnya dikenal sepanjang Sri AryeswaraBerdasarkan prasasti Angin yang dibuat tahun 1171, ketika itu Kediri diperintah oleh Sri Aryeswara. Ia menjadi raja Kediri sekitar tahun 1171, dan memiliki gelar abhisek yaitu Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Tetapi tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta, dan peninggalan sejarahnya yaitu Prasasti Angin di tanggal 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri di kala itu adalah Ganesha. Tidak diketahui pasti kapan Sri Aryeswara mengakhiri masa Sri GandaDilihat dari Prasasti Jaring tahun 1181. Pemakaian nama hewan untuk pangkat seperti misalnya gajah, tikus, dan kerbau memperlihatkan tinggi rendahnya pangkat seseorang di dalam istana saat Sri SarwasweraDapat dilihat di Prasasti Padegelan II pada tahun 1159, dan Prasasti Kahyunan di tahun 1161. Sri Sarwaswera adalah raja yang taat beragama dan berbudaya. Ia juga memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang artinya “dikaulah itu, dikaulah semua itu, semua makhluk adalah engkau”. Prabu Sri Sarwaswera berpendapat bahwa tujuan akhir manusia adalah Moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma dan jalan kebenaran merupakan suatu jalan untuk kesatuan sehingga yang menghalangi kesatuan adalah hal tidak Sri KameswaraBerdasarkan Prasasti Ceker di tahun 1182, dan Kakawin Smaradahana. Di masa pemerintahan Sri Kameswara dari tahun 1182, sampai tahun 1185 masehi terjadi perkembangan yang pesat di dalam sastra Mpu Dharmaja. Yang membuat Kitab Smaradhana dan juga dikenal dengan beberapa cerita Panji seperti cerita Panji Sri KertajayaBerdasarkan Prasasti Galunggung tahun 1194, Prasasti Kamulan tahun 1194, Prasasti Palah tahun 1197, Prasasti Wates Kulon tahun 1205, Negarakretagama serta Pararaton. Raja Kertajaya ini dikenal dengan nama Dandang Gendis. Di masa pemerintahannya kerajaan mulai mengalami penurunan, karena Kertajaya mengurangi hak yang dimiliki Kaum Brahmana. Keadaan itu membuat Kaum Brahmana dan kedudukan mereka semakin tidak aman. Sehingga banyak dari mereka yang lari dan meminta pertolongan Tumapel, yang saat itu diperintah oleh Ken Arok. Kemudian Raja Kertajaya menyiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel, dan Ken Arok memberi dukungan untuk Kaum Brahmana. Untuk melakukan penyerangan ke Kerajaan Kediri, kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter pada tahun 1222 Kerajaan KediriSetiap kerajaan yang ada di Indonesia memiliki lencananya masing-masing, yang menjadi simbol kekuasaan di masa-masa pemerintahannya. Termasuk di Kerajaan Kediri. Setiap raja memiliki lencana yang berbeda, dengan makna dan pesan yang juga berbeda-beda. Ada tujuh buah lencana yang terdeteksi, yang mewakilkan setiap kekuasaan raja pertama GarudmukhalancanaLencana ini bergambar burung garuda, jauh sebelum NKRI menggunakan lambang garuda tersebut. raja Airlangga adalah pendiri dari Kerajaan Panjalu, yang memakai garuda sebagai lambang lencananya. Pada setiap Prasasti yang ada, selalu dibubuhkan stempel garudamukhalanaca tersebut oleh Airlangga. Yang berada di bagian mulut Gua Selomangleng Kediri. Hingga kini relief tersebut masih dapat kedua BamecwaralancanaLencana berikutnya memiliki lambang tengkorak yang sedang menggigit bulan sabit, yang dipakai sebagai lencana Cri Maharaja Cri Bamecwara Sakalabuanatustijarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama ketiga JayabhayalancanaLencana ini memiliki tanda satu avatara Dewa Wisnu yakni Narasinghavatara, yang memiliki wujud manusia berkepala singa yang sedang mencabik-cabik perut Hiranyakasipu [Raja Raksasa]. Di lencana tersebut terdapat tulisan Panjalu Jayati, yang bentuknya sudah sulit dikenali. Hingga kini disimpan di Musieum Nasional keempat SarwwecwaralancanaLencana keempat dipakai oleh ri Maharaja Rakai Sirikan Cri Sarwwecwara Janarddhanawatara Wijayagrajasama Singhanadaniwaryyawiryya Parakrama Digjayatungga-dewanama. Bila dilihat lagi di dalam lencana tersebut terdapat 9 sayap di bagian ujung, dan ada lingkaran berjambul yang dikelilingi oleh tiga lingkaran yang kelima AryyecwaralancanaLencana ini memiliki lambang ganesha yang digunakan oleh Cri Maharaja Rakai Hino Cri Aryyecwara Madhusudanawatarijaya Mukha, Sakalanhuana tustikarana niwaryya keenam KamecwaralancanaLencana keenam memiliki gambar kerang yang memiliki sayap yang dipakai oleh Cri Maharaja Cri Kamecwara Triwikramawatara Aniwaryyawirya Parakrama ketujuh CrnggalancanaLencana ini dipakai oleh Cri Maharaja Cri Carwwecwara Triwikamawatara Nindita Cringgalancana Digjayotunggadewa atau Kertajaya. Yang menjadi raja terakhir di Kerajaan Beragama Masyarakat KediriCorak kehidupan beragama pada masyarakat Kediri bisa dilihat dari peninggalan arkeologinya, seperti misalnya Candi Gurah serta Candi Tondo Wongso. Yang menunjukkan bahwa latar belakang agama di sana adalah Hindu Siwa. Untuk pertirtaan kepung diperkirakan juga beragama Hindu, karena tidak terlihat unsur Budhaisme pada beberapa peninggalan bangunan bersejarah di sana. Di beberapa prasasti yang ada, juga disebutkan bahwa nama Abhiseka raja memiliki arti penjelmaan dari Dewa Wisnu. Namun hal ini tidak dapat secara langsung digunakan sebagai bukti, bahwa Wisnuisme berkembang di masa itu. Karena landasan filosofis yang berkembang di Jawa pada masa itu, beranggapan bahwa Raja Saa dan Dewa Wisnu adalah pelindung rakyat, raja bahkan dunia. Bila dilihat lagi secara luas, agama Hindu khususnya pemujaan Siwa sangat mendominasi perkembangan agama di masa Kerajaan Kediri. Hal ini bisa dilihat dari prasasti, arca dan penemuan karya sastra jawa Masyarakat Kerajaan KediriPerubahan yang ada di bidang kesenian pada Kerajaan Kediri, hanya terbatas pada kesenian arsitektur. Yang banyak dipertanyakan oleh orang-orang, mengapa di masa Kerajaan Kediri tidak membuat candi seperti di masa-masa sebelum dan sesudahnya. Baru terbukti sekarang bahwa satu per satu kesenian dari Kerajaan Kediri mulai ditemukan. Candi Gurah adalah yang masih tersisa, yang memiliki pelipit sisi genta di kaki Candi Perwara. Sedangkan pada Candi Induk memiliki makara di bagian ujung bawah tangga, dan beberapa ciri itu menunjukkan gaya kesenian Jawa Tengah pada abad ke VII di beberapa arca yang sangat indah, juga memperlihatkan gaya kesenian yang berasal dari Singasari di abad XIII masehi. Perbedaan tersebut belum dapat dijelaskan secara gamblang sampai saat ini. Walaupun Candi Gurah juga pernah diperbesar tetapi di beberapa arca tidak berasal dari tahapan tersebut. terutama pada arca yang telah berumur dan belum juga ditemukan. Dari sumuran Candi telah ditemukan bata yang terinskripsi, dengan seni paleografi dan tulisannya berasal dari abad ke XI – XII masehi. Inkripsi singkat itu dapat digunakan sebagai patokan, dalam menentukan tanggal darii arca Gurah. Soejmono mengatakan bahwa Candi Gurah adalah mata rantai diantara kesenian di Jawa Tengah dan Jawa Kerajaan KediriPada tahun 1222 raja Kertajaya berseteru dengan Kaum Brahmana, kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok Akuwu Tumapel, Ken Arok juga memiliki cita-cita untuk membuat Tumapel merdeka dan menjadi daerah bawahan Kerajaan Kediri. Perang Kediri Tumapel terjadi di Desa Ganter, pasukan Ken Arok pun berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Sehingga Kerajaan Kediri mulai runtuh, dan berbalik menjadi bawahan Tumapel atau Singasari. Setelah Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, Kediri pun menjadi di bawah wilayah kekuasaan Singasari. Ken Arok juga mengangkat Jayabhaya, putra Kertajaya untuk menjadi Bupati tahun 1258 Jayabhaya digantikan oleh putranya yang bernama Sastrajaya, kemudian di tahun 1271 Sastrajaya digantikan juga oleh putranya yaitu Jayakatwang. Jayakatwang melakukan pemberontakan pada Singasari, yang dipimpin oleh Ken Arok. Setelah membunuh Kertanegara, Jayakatwang pun membangun ulang Kerajaan Kediri. Tetapi kerajaan itu hanya bertahan 1 tahun saja, karena terjadinya serangan dari gabungan pasukan mongol dan pasukan menantu Kertanegara yaitu Raden ulasan dan pembahasan lengkap mengenai sejarah Kerajaan Kediri. Semoga dapat menambah wawasan anda dalam sejarah kerajaan di Juga Pengertian Teks Laporan Percobaan Ciri, Struktur, Cara Membuat, Dan Contohnya LengkapApa Itu Psikotropika Dan Bahayanya Secara Lengkap - Kerajaan Kediri adalah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur yang berdiri sejak 1045 hingga 1222. Kerajaan ini memiliki beberapa nama lain, yakni Kerajaan Kadiri, Kerajaan Panjalu, dan Kerajaan Daha. Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri bermula dari keputusan Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan memutuskan membagi wilayahnya untuk kedua 1045, Raja Airlangga membagi kerajaan untuk dua putranya, Mapanji Garasakan dan Sri Samarawijaya, agar tidak berselisih. Kerajaan Jenggala yang ibu kotanya terletak di Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan, sementara Kerajaan Panjalu atau Kediri yang berpusat di Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya. Peristiwa itulah yang menandai berdirinya Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu. Berikut ini kehidupan politik Kerajaan juga Kerajaan Kediri Berdirinya, Puncak Kejayaan, dan Peninggalan Awalnya diwarnai perang saudara Kehidupan politik di Kerajaan Kediri diawali dengan perang saudara antara Mapanji Garasakan dan Sri Samarawijaya. Rupanya, upaya Raja Airlangga membagi kerajaan agar dua putranya tidak berseteru hanya sia-sia. Perang saudara tersebut berlangsung selama 60 tahun, hingga akhirnya dimenangkan oleh Kerajaan Panjalu atau Kediri. Setelah Sri Samarawijaya, berikut ini raja-raja yang pernah memimpin pemerintahan Kerajaan Kediri. Sri Jayawarsa 1104-1115 Raja Bameswara 1116-1135 Sri Jayabaya 1135-1159 Sri Sarweswara 1159-1170 Sri Aryyeswara 1170-1180 Sri Gandra 1181 Sri Kameswara 1190-1200 Sri Kertajaya 1200-1222 Baca juga Peninggalan Kerajaan Kediri Keberadaan kerajaan Kediri tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kerajaan Mataram. Karena, setelah dinasti terakhir Kerajaan Mataram, muncul dinasti baru dengan nama Isyana di Medang Mataram. Dinasti ini berkuasa antara 947 M sampai 2016 M. Sayangnya, kerajaan ini diserang oleh Sriwijaya dan Wurawari hingga mengalami kehancuran. Satu-satunya keluarga yang selamat adalah Airlangga. Pada akhir pemerintahannya, ia diperintah oleh Mpu Bharada untuk membagi kerajaan menjadi dua, yaitu Jenggala dan Panjalu. Salah satu alasan pembagian adalah untuk menghindari peperangan dan kerajaan Kahuripan menjadi Jenggala Kahuripan dan Panjalu Kediri dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya 1289 M, kitab Negarakertagama 1365 M dan kitab Calon Arang 1540 M.Wilayah kekuasaan dua kerajaan tersebut dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas. Daerah Jenggala meliputi kawasan Malang dan delta Sungai Brantas, dengan ibukota Kahuripan. Pelabuhannya yang terkenal adalah Surabaya, Rembang, dan Pasuruan. Sedangkan Panjula meliputi kawasan Kediri dan Madiun dengan ibukota Daha. Meskipun sudah dibagi dua, ternyata konflik dan peperangan memperebutkan keutuhan wilayah justru tidak bisa persaingan antara Jenggala dan Panjalu, ternyata Panjalu Kediri yang unggul dan menjadi kerajaan yang besar kekuasaannya. Raja terbesar dari Kerajaan Kediri adalah Jayabaya 1135-1157. Jayabaya ingin mengembalikan kejayaan seperti masa Airlangga dan berhasil. Panjalu dan jenggala dapat bersatu kembali. Lencana Kerajaan memakai simbol Garuda Mukha simbol masa pemerintahannya kasusastraan diperhatikan. Empu Sedah dan Empu Panuluh mengubah karya sastra kitab Bharatayudha yang menggambarkan peperangan antara Pendawa dan Kurawa yang untuk menggambarkan peperangan antara jenggala dan kediri. Empu Panuluh juga menggubah kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya. Jayabaya juga terkenal sebagai pujangga yang ahli meramal kejadian masa depan, terutama yang akan menimpa tanah Jawa. Ramalannya terkenal dengan istilah “Jangka Jayabaya.”Raja Kediri yang juga memperlihatkan kasusastraan ialah Kameswara. Empu Tan Akung menulis kitab Wartasancaya dan Lubdaka, sedangkan Empu Dharmaja menulis kitab Smaradahana. Didalam kitab Smaradahana ini Kameswara dipuji-puji sebagai titisan Kamajaya, permaisurinya ialah Sri Kirana atau putri Kediri yang terakhir ialah Kertajaya yang pada tahun 1222 kekuasaannya dihancurkan oleh Ken Arok sehingga berakhirlah kerajaan Kediri dan muncul kerajaan SosialKehidupan sosial kemasyarakatan pada zaman kerajaan Kediri dapat kita lihat dalam kitab Ling-Wai-Tai-Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada tahun 1178 M. Kitab tersebut menyatakan bahwa masyarakat Kediri memakai kain sampai bawah lutut dan rambutnya diurai. Rumah-rumahnya rata-rata sangat bersih dan rapi. Lantainya dibuat dari ubin yang berwarna kuning dan hijau. Pemerintahannya sangat memperhatikan keadaan rakyatnya sehingga pertanian, peternakan dan perdagangan mengalami kemajuan yang cukup dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi tiga berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan masyarakat pusat kerajaan, yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkaran raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok masyarakat thani daerah, yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani daerah.Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi atau masyarakat memiliki 300 lebih pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat semua penghasilan kerajaan. Disamping itu, ada pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota, perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan kebudayaanDibidang kebudayaan, khususnya sastra, masa Kahuripan dan Kediri berkembang pesat, antara lain sebagai masa Dharmawangsa berhasil disadur kitab Mahabarata ke dalam bahasa Jawa Kuno yang disebut kitab Wirataparwa. Selain itu juga disusun kitab hukum yang bernama Airlangga disusun kitab Arjuna Wiwaha karya Empu Jayabaya berhasil digubah kitab Bharatayudha oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Disamping itu, Empu Panuluh juga menulis kitab Hariwangsa dan Kameswara berhasil ditulis kitab Smaradahana oleh Empu Dharmaja. Kitab Lubdaka dan Wertasancaya oleh Empu Tan EkonomiDitilik dari letaknya yang berada ditepi Sungai Brantas dengan sejumlah Pelabuhan besar, kita bisa mengetahui bahwa kehidupan perekonomian kerajaan Kediri didominasi oleh aktivitas perdagangan. Meskipun demikian, masyarakat Kediri juga mengenal peternakan dan pertanian. Hasil kerajaan Kediri antara lain beras, kapas dan ulat sutra. Dari hasil itulah, penghasilan para pegawainya dibayar dengan menggunakan hasil kerajaan KediriRaja terakhir Kediri adalah Kertajaya. Kekuasaan Kertajaya berakhir setelah dikalahkan Ken Arok dari Tumapel pada tahun 1222. Pertempuran ini berawal dari ketika para biksu Buddha Kediri dikejar-kejar Kertajaya karena mereka kecewa terhadap kebijakan Kertajaya yang mengintimidasi umat Buddha. Para biksu tersebut lalu datang ke Tumapel untuk meminta perlindungan Ken Arok, penguasa Tumapel. Ken Arok mengabulkan permintaan mereka. Kertajaya meminta Ken Arok menyerahkan para rahib itu, namun ditolaknya. Terjadilah pertempuran di Desa Ganter, Kertajaya berhasil dibunuh oleh Ken Arok. Dengan meninggalnya Kertajaya, hancurlah PustakaIsmawati, Nursiwi. 2009. Sejarah Kelas XI Untuk SMA/MA Program Bahasa. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Dwi Ari. 2009. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Cakrawala Sejarah Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Triyono. 2009. Sejarah Sekolah Menengah Atas SMA dan Madrasah Aliyah MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. - Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan di Jawa yang bercorak Hindu. Kerajaan ini memiliki banyak nama lain, di antaranya adalah Kadiri, Daha, dan Panjalu. Kerajaan Kediri didirikan pada abad ke-11, lebih tepatnya pada tahun 1045, dengan pusat pemerintahan di Dahanapura, Kediri, Jawa masanya, kerajaan ini memiliki kekuasaan yang luas, hingga meliputi seluruh Pulau Jawa dan sebagian Sumatera. Bahkan pengaruhnya sangat kuat hingga mampu mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Berdirinya Kerajaan Kediri Raja-raja Kerajaan Kediri adalah keturunan dari Airlangga, raja Kerajaan Airlangga membagi Kerajaan Kahuripan menjadi dua, yaitu Kerajaan Panjalu dan Jenggala. Hal ini dilakukan karena Airlangga memiliki dua putra, yaitu Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Untuk menghindari perpecahan di antara dua putranya, Airlangga memberikan Kediri Panjalu pada Samarawijaya, dan Jenggala Kahuripan kepada Mapanji. Kedua kerajaan ini dipisahkan oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Baca juga Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang - Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu yang pernah berdiri di wilayah Jawa Timur. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Kediri juga disebut dengan nama Kerajaan Kadiri, Daha, dan juga Mengapa Karya Sastra Kerajaan Kediri dan Majapahit Berkembang Pesat? Kerajaan Kediri berpusat di Daha atau Dhanapura sekarang dikenal dengan Kota Kediri. Baca juga Petirtaan Kuno Era Kerajaan Kediri Ditemukan di Desa Menang, Awalnya Dikira Cuma Saluran Air Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri Veni Rosfenti dalam Modul Sejarah Indonesia X 2020 menyebut bahwa berdirinya Kerajaan Kediri tak lepas dari peran Raja Airlangga. Baca juga Perang Ganter, Perlawanan Ken Arok untuk Meruntuhkan Kerajaan Kediri Ia membagi daerah kekuasaannya menjadi dua bagian pada tahun 963 M demi menghindari pertikaian. Dilakukan oleh seorang Brahmana bernama Mpu Bharada, Raja Airlangga membagi wilayah Kahuripan menjadi Jenggala Kahuripan dan Panjalu Kediri yang dibatasi olehgunung Kawi dan sungai Brantas. Panjalu Kediri kemudian diberikan kepada Sri Samarawijaya yang membangun pusat pemerintahannya di kota baru, yaitu Daha. Masa Kejayaan Kerajaan Kediri Tribunnews Ilustrasi Raja Kerajaan Kediri, Prabu Jayabaya, dan ramalannya. Melansir dari laman kerajaan Kediri berdiri pada abad ke-11 1045 M dengan Sri Samarawijaya sebagai raja pertamanya. Kerajaan ini berkuasa selama dua abad lamanya dan sempat mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Raja Jayabaya 1135-1159 M. Selain daerah kekuasaannya meluas hingga ke beberapa pulau di nusantara, bahkan disebut mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Kediri berkembang menjadi kerajaan agraris yang sukses dengan hasil pertanian di sekitar Sungai Brantas yang bercocok tanam, mereka juga melakukan perdagangan emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang dan berperan dalam perdagangan di Asia. Pada masa itu, berkembang pula kebudayaannya terutama di bidang sastra denganadanya beberapa peninggalan karya sastra dari Kerajaan Kediri yang terkenal hingga kini. Salah satunya adalah Kitab Bharatayudha yang berisi sebuah ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya. Keruntuhan Kerajaan Kediri Line Patung Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Setelah dua abad berdiri, Kerajaan Kediri mulai melemah saat timbul perselisihan antara Raja Kertajaya dengan kaum Brahmana. Dikutip dari Intisari, Sri Maharaja Kertajaya yang berkuasa dari 1194-1422 merupakan raja yang kejam dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang dewa. Kertajaya memaksa Brahmana untuk menyembahnya dan mengatakan hanya Dewa Shiwa yang bisa mengalahkannya. Kekejaman Kertajaya membuatnya tak ragu untuk menyiksa para Brahmana yang menolak titahnya. Para Brahmana kemudian meminta bantuan Ken Arok di Tumapel untuk menggulingkan kepemimpinan Kertajaya. Di tangan Ken Arok, Kertajaya akhirnya terbunuh dan Tumapel berhasil menguasai Ken Arok dari Tumapel menguasai Kediri membuatnya kemudian membangun kerajaan baru bernama Singosari. Peninggalan Kerajaan Kediri Berikut adalah daftar peninggalan Kerajaan Kediri baik berupa kitab, prasasti maupun candi. - Kitab Bharatayudha karangan Mpu Tantular dan Mpu Panuluh- Kitab Kresnayana karangan Mpu Tanakung- Kitab Smaradahana karangan Mpu Monaguna- Kitab Lubdaka karangan Mpu Tanakung- Prasasti PenumbanganPrasasti Hantang- Prasasti Talan- Prasasti Jepun- Prasasti Weleri- Prasasti Angin- Prasasti Padlegan- Prasasti Jaring- Prasasti Semanding- Prasasti Ceker- Candi Penataran- Candi Tondowongso- Candi Gurah Sumber Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

sistem politik kerajaan kediri